Minggu, 11 Mei 2008

Tentara AS, Menentang Perang Irak Lewat Tato

Sersan Eli Wright, seorang dokter militer yang pernah bertugas di Irak, punya cara sendiri untuk menunjukkan bahwa ia menentang perak AS di Irak. Ia membuat tatto di hampir seluruh lengannya, untuk mengingatkan keinginannya untuk keluar dari kancah peperangan.

Eli adalah salah seorang anggota militer AS yang sedang menunggu hasil pemeriksaan medis atas dugaan mengalami gangguan stress pasca trauma. Ia merupakan salah satu dari 300 ribu pasukan AS yang mengalami gangguan mental pasca bertugas di Irak dan Afghanistan. Selain stress dan gangguan kejiwaan, gejala lainnya yang dialami para veteran perang di Irak dan Afghanistan adalah sulit tidur, merasa gelisah, jadi pelupa dan banyak mengalami ketergantungan pada alkohol.


Aturan militer AS melarang pasukannya bertato. Selama ini Eli menggunakan perban untuk menutupi tatonya. "Di hari terakhir saya, saya akan melepas perbannya, memberikan hormat pada komandan dan menunjukkan padanya apa yang saya rasakan, " kata Eli soal tatonya.

Eli mengaku terinspirasi dari para penentang perang Vietnam, ketika AS mengobarkan perang di negeri itu. "Selama perang Vietnam, mereka yang menentang perang menyematkan paper clip di seragamnya, ini cara kecil mereka untuk menunjukkan identitas, " tukas Eli.

"Kami memutuskan untuk tidak hanya menyematkan paper clip, kami membuat tato. Saya berharap tentara lainnya yang menentang perang di Irak, mengikuti cara kami, " sambung Sersan Ali yang bertugas di Irak selama satu tahun.

Sejak invasi AS ke Irak tahun 2003, bukan hanya membuat ratusan ribu tentara AS mengalami gangguan mental, tapi juga sudah menelan korban 4.071 tentara dan 29 ribu tentara lainnya luka-luka. Sedangkan di Afghanistan, sejak invasi tahun 2001, tercatat 496 pasukan AS tewas.

Setelah kembali dari Irak, Sersan Eli bergabung dengan Walter Reed Army Medical Center. Ia ditugaskan untuk merawat pasien, para tentara dari Irak dan Afghanistan yang diamputasi, mengalami luka di bagian otak dan luka-luka lainnya. Eli lalu ditempatkan di ruang gawat darurat di mana ia menemui banyak pasien veteran perang Vietnam yang mengalami ketergantungan pada obat-obatan terlarang dan alkohol.

"Melihat persoalan yang mereka hadapi, dan seberapa jauh dampak dari persoalan mereka sekarang, saya mulai meneliti keseluruhan sistem. Saya banyak melihat kegagalan di segala lini, " papar Eli.

Ketua Komite Vietnam Veterans of America's Post Traumatic Stress Diorder (PTSD) Tom Berger mengungkapkan, jumlah pasukan AS yang mengalami gangguan mental pasca perang kemungkinan akan meningkat 20-30 persen dari jumlah ketika masa perang Vietnam. (ln/iol/eramuslim)




Selengkapnya...

Cara Kreatif Anak-Anak Muda Muslim, Melakukan Syiar Islam

Anak-anak muda Muslim berdakwah lewat film-film singkat yang dibuatnya, untuk meluruskan pandangan publik yang salah tentang Islam. Mereka menyebarluaskan film-film pendek mereka yang bercerita tentang Islam, melalui blog-blog pribadi atau melalui situs YouTube.

Anak-anak muda Muslim ini membuat rekaman video-video itu, karena merasa tidak nyaman melihat Muslim lainnya yang berusaha meluruskan konsepsi dan stereotipe yang dilekatkan pada umat Islam, dengan cara yang defensif.

"Saya pikir, kalau mereka menggunakan pendekatan yang defensif, mereka tidak akan bisa berbicara tentang apa saja kecuali hal-hal yang tidak disukai banyak orang," kata Ali Ardekani pada The New York Times, edisi Kamis (8/5).

Dalam blognya, Ardekani memerankan dirinya sebagai tokoh "Baba Ali" yang menyampaikan pesan-pesan relijius dengan menganalisa dan kadang menyindir gaya hidup Muslim di Amerika.

Ardekani, 33, yang berprofesi sebagai web disainer sudah memproduksi sekitar 30 rekaman video, salah satunya berjudul "Muslim While Flying" . Rekaman video ini menceritakan bagaimana Muslim diperlakukan oleh petugas bandara, dan ceritanya disampaikan Ardekani dengan gaya yang kocak. Lewat video itu, Ardekani memenangkan hadiah sebesar 5.000 dollar.

Tahun 2006, Ardekani membuat video berjudul "Who Hijacked Islam?" Video itu ia posting di situs YouTube dan diklik oleh 350 ribu pengunjung YouTube. Dalam karya video lainnya, Ardekani menyindir gaya pernikahan Muslim yang kerap mengeluarkan biaya yang sangat besar.

"Orang Kristen menikah di gereja-gereja, Yahudi menikah di sinagog-sinagog, tapi orang Islam menikah di Hilton (nama hotel)," kata Ardekani di videonya.

Selain Ardekani, ada anak muda Muslim lainnya bernama Murad Amayreh yang membantu pembuatan video "I Am a Muslim" Film itu telah ditonton lebih dari dua juta orang sejak diposting pada 28 September 2007. Film ini menceritakan tentang karakter kontradiktif seorang Muslim bernama Muhammad yang juga sebagai seorang warga Amerika biasa.

Anak-anak muda kreatif itu membuat film-film pendek tentang Islam, terinspirasi dari cara Bill Cosby mengubah persepsi publik tentang warga Amerika keturunan Afrika. "Kata Arab terdengar asing dan menakutkan-Anda tidak tahu apa yang sedang terjadi, " kata Ardekani dari apartemen kecilnya di kawasan Sherman Oaks.

"Atau mereka mereka menunjukkan seorang perempuan berjilbab, yang tidak bicara. Ini diasumsikan, jika perempuan itu bicara, yang dikatakannya adalah 'Tolonglah Saya!', " sambung Ardekani.

imageLena Khan, 23, sepakat dengan Ardekani. Lena yang sudah memposting beberapa video buatannya sendiri di YouTube mengatakan, "Mereka kekurangan bentuk yang bisa mewakili mereka di media, yang bukan seorang teroris atau seorang Muslim yang sangat taat."

Ia menambahkan, "Itulah sebabnya, ketika ada bentuk yang bertolak belakang ditampilkan di YouTube atau internet, atau acara-cara televisi, langsung menyebar dengan cepat karena setiap orang mendukungnya."

Salah satu video karya Khan berjudul "A Land Called Paradise" diklik oleh 250 ribu orang dan memenangkan hadiah sebesar 20 ribu dollar dalam sebuah kontes pembuatan film pendek. (ln/iol/eramuslim)





Selengkapnya...

Sabtu, 10 Mei 2008

SOLUSI EFEKTIF PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS

Oleh : Sami Ina (Anggota AlPen ProSa Surabaya)
Dimuat Surabaya Pagi, 4 Juli 2007

Apa yang terbayang di benak kita apabila mendengar kata-kata “AIDS”? Pasti yang pertama kali ada di pikiran kita AIDS merupakan jenis penyakit yang mematikan, mengerikan, bahkan membahayakan bila terjangkit pada manusia. Sampai sekarang penyakit ini belum ditemukan obatnya, tetapi penderita AIDS di dunia mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Berdasarkan penelitian Centres for Disease Control and Prevention, tiap menit setidaknya ada 4 orang di dunia usia 15-24 tahun terinfeksi virus HIV, hingga Desember 2006 total penderita HIV/AIDS di dunia mencapai 39,5 juta. Sedangkan di Indonesia sendiri tercatat 11.604 kasus (Sept,2006), diperkirakan kasus sebenarnya 90-120 ribu (P2ML&PL Depkes RI). Bisa dibayangkan bila angka penderita HIV/AIDS semakin meningkat di negeri ini, maka dapat dipastikan Indonesia akan kehilangan asset yang paling berharga yaitu generasi bangsa yang tangguh dan berkualitas di masa yang akan datang.

Untuk menghambat penyebaran HIV/AIDS agar tidak semakin menjalar di negeri ini, haruslah kita mengetahui apa yang menjadi penyebab utama penyebaran virus HIV diantaranya: Pertama, Perilaku Seks Bebas Sebagai Transmisi Utama HIV/AIDS (Survey CDC, Des 2002 dan KPAN 2003). Di Indonesia virus HIV/AIDS pertama kali masuk dibawa oleh turis yang berada di Bali. Kedua, Penyalahgunaan Narkoba Beresiko Terinfeksi HIV Karena Seks Bebas. Umumnya penderita tertular virus HIV melalui penggunaan jarum suntik bersama dan aktif melakukan seks bebas akibat “loss control” sehingga resiko tertular virus HIV semakin tinggi. Ketiga, Penularan HIV/AIDS Sebagai Akibat “Efek Spiral” Perilaku Seks Bebas yaitu melalui transfusi darah, ASI, alat-alat kedokteran, hubungan suami isteri yang sudah tertular karena seks bebas. Sehingga tidaklah heran, apabila banyak ditemukan 3000 bayi lahir dengan mengidap HIV positif. Keempat, Mewaspadai Penularan Virus HIV Melalui ODHA. Penularan virus HIV ternyata dapat terjadi apabila ada kontak antara cairan tubuh ODHA (terutama darah, semen, sekresi vagina dan ASI) dengan luka terbuka pada seseorang yang sehat walaupun berupa luka kecil. Sedangkan caira tubuh lain seperti urine, air mata, air ludah, keringat dan feses tergolong penularan HIV berisiko rendah selama tidak terkontaminasi oleh darah ODHA.

UPAYA PENANGGULANGAN HIV/AIDS

Tidak kita pungkiri, bahwa seks bebas dan penyalahgunaan narkoba sangat erat kaitannya dengan penularan HIV/AIDS. Lihat saja, lokalisasi di kawasan gang dolly dan berbagai diskotek-diskotek di wilayah Surabaya, berapa banyak akses penjualan narkoba dan seks bebas terjadi disana. Razia-razia yang dilakukan aparat kepolisian tidaklah cukup mengehentikan penyebaran visrus penyakit ini. kampanye kondomisasi yang dieluh-eluhkan dapat mengatasi pencegahan HIV/AIDS yang ditunjang dengan pendirian ATM kondom ternyata tetap tidak membawa hasil yang signifikan. Kondom bukanlah penyelesaian tuntas, kondom tidak efektif sebagai pencegah penularan virus HIV. Karena pori-pori kondom besarnya 600 kali lebih besar dibanding besar virus HIV. Selain itu, kondom sensitif terhadap perubahan suhu. Sehingga, penggunaan kondom semakin meningkatkan laju infeksi HIV dan menyuburkan seks bebas.

Penerapan ide liberalisme di negeri ini, semakin menambah daftar panjang perusakan generasi bangsa. Akibat diadopsinya budaya barat seperti seks bebas menimbulkan berbagai permasalahan mulai kehamilan di luar nikah, aborsi, stress, bunuh diri dan kehanciran keluarga. Untuk itu, hendaknya kita lebih waspada terhadap budaya yang bersifat merusak generasi bangsa. Pencegahan penularan HIV/AIDS tidak bisa tidak harus diselesaikan dengan penyelesaian yang menyeluruh dan komprehensif bukan parsial. Ideologi sekular/kapitalis yang banyak diemban oleh beberapa negara ternyata tidak berhasil membawa bangsa ini bermatabat. Kebebasan berperilaku yang diagung-agugkan semakin membuat negeri ini terpuruk dan bakal dipastikan kehilangan generasi bangsa yang berkualitas. Hal ini berbeda dengan Islam sebagai ideologi yang terbukti dapat menyelesaikan permasalahan secara tuntas. Untuk kasus pencegahan penularan HIV/AIDS ini, ada tiga solusi yang dapat diberikan yaitu:

1. Pemutusan Rantai Transmisi HIV: Stop Seks Bebas

Aktivitas seks bebas tetap akan terjadi di negeri ini, selama negara juga tetap memfasilitasi terjadinya aktivitas seks bebas. Ada kontradiksi dalam hal ini, di satu sisi negara ingin penularan HIV/AIDS tidak terus meningkat tetapi di sisi lain negara malah memberikan izin beroperasinya tempat-tempat yang jelas-jelas menumbuh suburkan aktivitas seks bebas. Hendaknya Pemerintah bertindak dengan tegas, bukannya plin-plan karena ini menyangkut generasi bangsa di masa yan akan datang.

2. Pemutusan Rantai Transmisi HIV: Stop Penyalahgunaan Narkoba

Narkoba dan segala jenisnya sangat berbahaya, karena selain dapat menghilangkan akal manusia juga dapat menularkan HIV/AIDS melaui jarum suntik yang tidak streril. Untuk memberantasnya harus dilakukan peningkatan ketakwaan individu dan menghabisi mafia narkoba hingga ke akar-akarnya. Penyalahgunaan narkoba diberikan sanksi 40 kali cambuk dan bagi pengedar dapat dikenai hukuman mati.

3. Pemutusan Rantai Transmisi Melalui ODHA

Untuk menghambat penularan HIV/AIDS melalui “efek spiral”, maka yang harus dilakukan Pemerintah bagi ODHA yang terbukti terinfeksi karena zina dan sudah menikah akan dirajam. Sedangkan ODHA yang terinfeksi karena aktifitas homoseks haruslah dibunuh untuk menekan jumlah yang tertular akibat “efek spiral”. Langkah ini harus ditempuh oleh negara dengan menindak secara tegas bagi para pelaku. Adanya sanksi yang berat dapat semakin menurunkan jumlah penularan HIV/AIDS. Bagi ODHA yang tidak terkena sanksi yang mematikan dan terinfeksi karena “efek spiral” yaitu dengan membuat karantina bagi ODHA. Karantina ini bukanlah diskriminasi bagi ODHA karena dalam masa karantina semua kebutuhan fisik dan nalurinya wajib dipenuhi oleh negara serta akan dimotivasi untuk sembuh. Selain terapi fisik, ODHA akan diberikan terapi psikoreligi yaitu dengan memotivasi kesembuhan dan meningkatkan ketakwaan. Selama masa karantina ODHA dapat melakukan aktivitas normal sepanjang tidak membahayakan individu sehat lainnya. Transfusi darah juga harus dipastikan darah donor bersih dari infeksi virus HIV dan yang tidak kalah pentingnya negara wajib menyediakan perawatan khusus bagi ODHA dengan resiko penularan terhadap tenaga kesehatan secara maksimal.

Sumber: Alpen Prosa






Selengkapnya...

SOLUSI ISLAMI MENUJU PROFESIONALITAS & KESEJAHTERAAN TENAGA PENDIDIK

Mia Endriza Y.,SP.
(AlPen ProSa Kalimantan Selatan)

”Bagaimana mungkin pendidikan nasional bisa baik dan kembali vital kalau gurunya tidak layak mengajar dan pengetahuannya out of date” demikian tulis Ki Supriyono, Ketua Majelis Luhur Taman Siswa dalam tulisannya Revitalisasi Pendidikan Nasional, pada Majalah Suara Guru edisi Oktober/Nopember 2006.

Pro kontra mengenai perbaikan mutu pendidikan dan kesejahteraan guru di Indonesia kian menghangat walaupun kepastian akan perbaikan itu sendiri yang disolusikan dengan program sertifikasi guru masih tak kunjung datang.

Lalu bagaimanakah solusi Islami mengenai perbaikan mutu pendidikan, meningkatkan profesionalitas serta kesejahteraan tenaga pendidik ?

Khilafah Islam Sebagai Penyelenggara Pendidikan


Khilafah Islam yang tegak sebagai penerap syari’at Islam tentu sangat memperhatikan masalah pendidikan bagi warganegaranya. Baik dalam sirah nabi maupun tarikh khilafah Islam banyak terjadi peristiwa fenomenal yang menggambarkan betapa khalifah sebagai pimpinan khilafah Islam sangat idealis dalam menyelenggarakan pendidikan bagi umat-Nya. Tidak tanggung-tanggung, biaya pendidikan pun dibebaskan bagi seluruh warga negara Khilafah Islam.

” Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggungjawaban atas urusan rakyatnya” (HR. Bukhari dan Muslim).

Rasulullah Saw selaku Amirul Mukminin begitu antusias perhatiannya terhadap pendidikan. Hal ini beliau tunjukkan dengan ketetapan agar para tawanan perang Badar dapat bebas jika mereka mengajarkan baca tulis kepada 10 orang penduduk Madinah sebagai tebusan.

Khalifah Umar bin Khatab memberikan gaji kepada tiga orang guru yang mengajar anak-anak di kota Madinah masing-masing sebesar 15 dinar emas setiap bulan ( 1 dinar = 4,25 gram emas).

Pada masa Khalifah Sultan Nuruddin Muhammad Zanky, berdiri Madrasah An-Nuriah di Damaskus pada abad ke enam hijriah. Di madrasah tersebut terdapat fasilitas asrama siswa, perumahan staf pengajar, tempat peristirahatan, para pelayan serta ruangan besar untuk ceramah dan diskusi.

Patut diingat bahwa pada masa Khilafah Islam, terselenggaranya pendidikan seluruh biaya ditanggung oleh pemerintah yang jujur dan amanah dengan harta yang tersimpan pada baitul Mal serta pengelolaan ekonomi riil secara syari’ah. Memang apapun yang dikelola dengan syari’at Islam dilengkapi dengan pengelola yang takwa dan amanah tentu akan membuahkan berkah dan insan yang mardhatillah.

Khilafah Islam dan Kematangan Profesionalitas serta Kesejahteraan SDM Pendidik

Para khalifah dalam khilafah Islam selalu mengutamakan pendidikan bagi warga negaranya (termasuk para tenaga pendidik). Tidak heran bila pada masa khilafah Islam tegak mencetak para tokoh pendidik yang hingga kini begitu terasa sumbangan ilmu mereka bagi peradaban umat.

Para tokoh pendidik ini tidak saja menjadi pendidik umat, namun juga ulama, observer, juga ilmuwan dan memberikan banyak manfaat bagi kehidupan umat. Siti Aisyah, Fatimah Az-zahra, Imam Ghazali, Imam Syafi’i, Ibnu Sina, Ar-Razi, Ibnu Rusyd adalah contoh dari para tokoh pendidik yang banyak memberi sumbangsih bagi umat dan kemajuan peradaban Islam.

Untuk bisa mencapai profesionalitas, maka tenaga pendidik harus lebih dahulu memahami akan tujuan dari Pendidikan Islam. Tujuan Pendidikan Islam adalah upaya sadar, terstruktur, terprogram dan sistematis dalam rangka membentuk manusia yang memiliki :

1. Kepribadian Islam : hal ini merupakan konsekuensi keimanan seseorang muslim agar teguh dalam memegang identitas kemuslimannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Menguasai Tsaqafah Islamiyah dengan handal : Islam tidak mengenal dikotomi ilmu dalam pendidikan. Tsaqofah Islam (bahasa Arab, sirah nabawiyah, ulumul Qur’an, tahfidzul Qur’an, ulumul hadist, ushul fiqh dan seterusnya) tetap wajib dipelajari agar pengkajian dan penerapan ilmu umum tidak membahayakan aqidah kaum Muslimin

3. Menguasai Ilmu-Ilmu Terapan (IPTEK) :Menguasai IPTEK dimaksudkan agar umat Islam dapat memajukan peradaban dengan berbagai inovasi yang kreatif sebagai sarana untuk memudahkan umat menjalankan kewajibannya dan mendapatkan haknya sebagai muslim.

4. Memiliki Skills yang tepat dan berdaya guna : Penguasaan ketrampilan merupakan tuntutan yang harus dilakukan umat Islam dalam rangka pelaksanaan amanah Allah Swt.
(H. Fahmi Lukman, M.Hum., 2002; Syari’at Islam dalam Kebijakan Pendidikan).

Dalam proses pendidikan, keberadaan guru sangat penting. Guru, selain sebagai transfer of knowledge juga sebagai pembimbing dalam memberikan keteladanan yang baik. Guru harus memiliki kekuatan akhlak yang baik agar menjadi panutan sekaligus profesional. Menjadi guru profesional, Fahmi Lukman dalam tulisannya Negara Khilafah dan Pendidikan menyarankan agar :

a. Mengayakan guru dari sisi metodologi
b. Sarana dan pra sarana yang memadai
c. Jaminan kesejahteraan sebagai tenaga profesional

Kualifikasi tenaga pendidik yang diperlukan adalah :

1. Amanah : bertanggung jawab dalam keberhasilan proses pendidikan. Ia betul-betul memiliki komitmen yang tinggi untuk membentuk kepribadian Islam pada diri peserta didik. Bila tidak, pendidikan yang diharapkan unggul hanya aka menjadi impian.

2. Kafa’ah (skill/keahlian) di bidangnya. Pengajar yang tidak menguasai bidang yang diajarkannya baik dalam aspek iptek dan keahlian maupun tsaqofah Islam tidak akan mampu memberikan hasil optimal pada para peserta didik. Dengan demikian, penguasaan materi yang akan diajarkan penting dipahami oleh pengajar yang bersangkutan. Dalam keseharian, seorang guru/dosen didorong mengembangkan wawasan, baik terkait dengan dunia pendidikan secara umum maupun bidang ilmu yang menjadi spesialisasinya. Dituntut pula memahami dengan seksama aspek paradigma pendidikan yang menjadi landasan visi, misi dan tujuan pendidikan sesuai jenjangnya.

3. Himmah (etos kerja yang baik). Disiplin, bertanggung jawab, kreatif, inovatif dan taat kepada akad kerja dan tugas merupakan salah satu karakter orang yang beretos kerja tinggi

4. Berkepribadian Islam. Guru harus menjadi teladan bagi siswa/mahasiswanya agar tidak hanya sekedar menjalankan fungsi mengajar, melainkan juga fungsi mendidik. Artinya,upaya menanamkan kepribadian Islam kepada peserta didik harus dimulai dengan tersedianya guru yang berkepribadian Islam kuat.(Muhammad Ismail Yusanto, et.al, 2004, Menggagas Pendidikan Islami)

Berdasarkan sirah Nabi saw. dan tarikh Daulah Khilafah Islam (Al-Baghdadi, 1996; Sistem Pendidikan Islam), negara memberikan jaminan pendidikan secara gratis dan kesempatan seluas-luasnya bagi seluruh warga negara untuk melanjutkan pendidikan ke tahapan yang lebih tinggi dengan fasilitas (sarana dan prasarana) yang disediakan negara. Kesejahteraan dan gaji para pendidik sangat diperhatikan dan merupakan beban negara yang diambil dari kas Baitul Mal.

Untuk mencapai profesionalitas dan kesejahteraan SDM tenaga pendidik serta peningkatan mutu pendidikan semoga solusi alternatif yang penulis tuliskan ini yaitu mengembalikan segala kebijakan kembali kepada aturan Illahi dapat menjadi bahan pemikiran dan aksi nyata kita bersama.

Insya Allah.

Wallahu’alam bish shawab.

Sumber: Alpen Prosa





Selengkapnya...

Sekolah Favorit Vs Sekolah Biasa

Oleh: Dian Auliya, Anggota AlPen ProSa Makassar, Alumnus UNM
(Dimuat di Tribun Timur, 19-7-2007)

Penerimaan Siswa Baru (PSB) pada beberapa sekolah utama (sekolah unggulan, favorit, standar nasional/internasional, sekolah mandiri, dan akselerasi) baik SMP maupun SMA khususnya di Makassar sudah diumumkan pekan lalu.
Tentu saja, hasil pengumuman itu menimbulkan kesan dan berbagai reaksi berbeda dari para calon siswa maupun orangtua mereka. Bagi yang lulus, hasil pengumuman itu menjadi moment yang menyenangkan. Impian untuk mengenyam pendidikan pada sekolah idaman menjadi kenyataan.

Sementara bagi yang tidak lulus, merasa kecewa, karena terdepak dari sekolah idaman. Impian untuk belajar di sekolah pilihan pun hanya bertengger di angan-angan.

Sekolah Favorit
Sebenarnya, ada yang perlu dicermati dari dikotomi sekolah favorit atau sekolah unggulan vs sekolah biasa. Adanya dikotomisasi sekolah seperti ini cenderung menyebabkan tumbuh suburnya persaingan antarsekolah, baik dari segi uang (bayaran), fasilitas, dan lain-lain.

Dari sisi bayaran, sekolah favorit sudah pasti lebih mahal dibandingkan dengan sekolah biasa. Berdasarkan data yang pernah dirilis Tribun Timur pada tanggal 15 Juni 2007, bahwa biaya yang harus dikeluarkan oleh siswa yang masuk di SMPN 6 Makassar, sebanyak 2, 91 juta per tahun untuk satu siswa dengan rincian Rp 242.500 per bulan.
Ini baru data dari satu sekolah. Tidak menutup kemungkinan, ada sekolah lain yang lebih mahal biayanya dari itu, baik untuk tingkat SMP maupun SMA.

Atas fakta seperti ini, bisa dipastikan hanya anak-anak dari kalangan orang yang memiliki kemampuan ekonomi saja yang bisa mengenyam bangku pendidikan di sekolah bermutu seperti ini.Dengan biaya sebesar itu pula, susah bisa dibayangkan anak-anak dari kalangan tidak mampu tidak bisa menikmati pendidikan di sekolah berkualitas tersebut.Mereka (yang tidak mampu secara ekonomi), otomatis tidak akan bisa masuk karena terhalang oleh ketidakmampuan ekonomi meski mungkin saja dari segi otak mereka bisa bersaing dengan anak orang yang memiliki kemampuan ekonomi.

Sementara dari segi fasilitas, kalaupun sekolah-sekolah favorit atau sekolah unggulan tersebut mengalokasikan anggaran yang besar untuk membangun sarana. Anggaran itu mereka peroleh dari biaya sekolah siswa. Kalau itu yang terjadi, hanya sekolah favorit yang bisa memiliki fasilitas mewah seperti berbagai peralatan multimedia untuk kelancaran proses belajar mengajar maupun fasilitas pendukung untuk terjaminnya kenyamanan selama proses belajar mengajar seperti AC.

Hal sebaliknya terjadi pada sekolah biasa. Dengan anggaran yang sangat minim yang diperoleh dari pemerintah, tidak banyak yang bisa dilakukan untuk menaikkan mutu/kualitas pendidikan. Hal ini nantinya akan berpengaruh pada output sekolah tersebut.

Perbedaan inilah sekaligus memperkuat citra di tengah masyarakat bahwa sekolah favorit atau sekolah unggulan itu memiliki kualitas tinggi, sedangkan sekolah negeri biasa bermutu pas-pasan kalaupun tidak rendah.Hal lain yang juga perlu dicermati adalah sering muncul pembandingan antara sekolah swasta dengan sekolah negeri. Bahwa sekolah negeri itu kurang bermutu dan sekolah swasta itu bermutu.

Meski fakta memang mungkin bicara seperti itu, tapi kita berharap hal tersebut tidak ditindaklanjuti dengan adanya upaya swastanisasi sistem pendidikan secara keseluruhan berdasarkan citra awal tersebut. Karena pasti akan membuat biaya pendidikan semakin membengkak.

Mempengaruhi Mental
Dikotomi sekolah favorit vs sekolah biasa seperti yang sudah dipaparkan sebelumnya, tidak hanya akan berdampak pada persaingan antarsekolah dalam penawaran biaya dan fasilitas kepada masyarakat, tetapi juga berdmpak pada mental anak didik.
Siswa yang belajar di sekolah favorit, dengan berbagai fasilitas yang ada, bisa ‘berkreasi’ dengan seluas-luasnya. Namun, boleh jadi tanpa disadari, mereka juga mungkin cenderung akan berbangga diri (baca: angkuh) meski tidak semuanya. Mereka merasa diri hebat karena ternyata dia bisa bersekolah di tempat favorit yang tidak semua orang bisa memasukinya.

Sementara pada siswa yang belajar di sekolah biasa bisa akan menjadi minder karena tidak bisa seperti teman-teman mereka yang lainnya yang bisa menikmati fasilitas sekolah favorit.Jika hal ini terjadi, maka akan mempengaruhi mental luaran dan pada gilirannya mempengaruhi mental genarasi masa depan.Oleh karena itu, ini seharusnya menjadi perhatian bersama terutama bagi pemerintah, bahwa jangan sampai sekolah yang seharusnya menjadi tempat mendidik anak-anak bangsa guna menyongsong masa depan yang cerah dan gemilang justru menjadi tempat untuk ‘tumbuhnya’ karakter-karakter negatif.

Kewajiban Pemerintah
Pada dasarnya, penulis sepakat bahwa pendidikan bermutu dan berkualitas itu memang harus dibayar mahal. Namun, bukan berarti mahalnya biaya untuk menjangkau pendidikan tersebut diserahkan sepenuhnya kepada masyarakat.Jika seperti ini yang terjadi, maka sudah jelas, siapa yang mampu membayar mahal, maka dialah yang bisa memperoleh pendidikan bermutu. Padahal, pendidikan bermutu harusnya menjadi hak semua orang. Semua putra-putri bangsa ini punya hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan berkulitas dan berhak menjadi yang terbaik, terlepas apakah dia dari golongan kaya atau pun miskin.

Maka, di sinilah dibutuhkan peran pemerintah sebagai penyelenggara negara dan penjamin berbagai kebutuhan masyarakat termasuk untuk bidang pendidikan.
Pemerintah berkewajiban menyediakan pendidikan murah bahkan gratis kepada seluruh lapisan masyarakat. Ini bukan suatu hal yang mustahil untuk diwujudkan mengingat berlimpahnya kekayaan yang dimiliki negeri ini, yang sejatinya adalah milik rakyat.
Pemerintah hanya diamanahkan untuk mengelolanya, lalu mendistribusikannya kembali kepada masyarakat dalam bentuk pelayanan yang baik pada berbagai bidang, termasuk pelayanan pendidikan murah/gratis.

Dengan demikian, diharapkan tidak akan ada lagi kesan sekolah favorit versus sekolah biasa, sekolah swasta vs sekolah negeri, di mana selama ini kelompok pertama sering dianggap lebih baik kualitasnya dibanding yang kelompok sekolah yang kedua.
Jika memang sekolah negeri biasa selama ini dianggap kurang bermutu, maka peran pemerintahlah untuk meningkatkan kualitas sekolah-sekolah itu. Bisa saja dengan meningkatkan kesejahteraan guru hingga mereka lebih fokus untuk mendidik para siswanya, menambah fasilitas pendidikan, hingga menaikkan anggaran pendidikan.
Pada akhirnya, seluruh putra-putri bangsa akan bisa mengakses pendidikan bermutu dan berkualitas untuk selanjutnya menyongsong masa depan yang cerah. Siapapun mereka, mereka juga adalah generasi masa depan negeri ini, yang di tangan merekalah kelak nasib bangsa ini akan dipertaruhkan. Kepada mereka pula, estafet kepemimpinan bangsa ini kelak akan alihkan.

Sumber: Alpen Prosa





Selengkapnya...

KETIKA CAMILLA GIBB MENGENAL ISLAM

Oleh :Fauziah
Anggota AlPen ProSa (Aliansi Penulis Pro Syari’ah) Kal-Sel

Camilla Gibb novelis asal Kanada penasaran dengan Islam karena terlalu sering membaca tulisan dan publikasi buruk tentang Islam. Sungguh novelis yang cerdas, yang tidak begitu saja percaya dengan tulisan yang dibacanya, bahkan untuk mengenal Islam dia rela belajar Islam di Mesir selama 1,5 tahun dan tinggal dengan keluarga muslim di Ethiopia selama 1,5 tahun. Dari pengalamannya di atas Camilla menulis Novel “Sweetness In The Belly” yang ingin menggambarkan bahwa Islam adalah agama yang cinta damai. Itulah sekelumit yang penulis baca di harian Banjarmasin Post, di Rubrik Nusantara dengan judul “Islam itu Penuh Warna”.

Benar kata Camilla, Islam saat ini dicap sebagai teroris, bagaimana tidak? Setiap pelaku teror atau yang terkait dengan kasus terorisme pasti dikaitkan dengan Islam atau Jamaah Islamiyah. Benarkah Islam demikian? Camilla menjawab bahwa Islam cinta damai dan itu tidak pernah diangkat ke permukaan.

Mengapa seorang Camilla Gibb begitu penasaran dengan Islam ? Ketika sebagian besar umat Islam sendiri takut dengan Islam ? Dua pertanyaan yang seharusnya membuat kita ingin mengenal Islam lebih dalam, dan hal apa yang menjadi sumber ketakutan umat terhadap Islam itu sendiri.
Bagian syariat yang sering dipandang sebagai momok menakutkan adalah beberapa ketentuan-ketentuan hukum dalam nizhâm al-’uqûbât (sistem pidana). Berbagai jenis dan bentuk sanksi yang ditetapkan syariat seperti cambuk, rajam, qishâsh, atau potong tangan dianggap terlalu keras dan tidak manusiawi; bahkan sudah dianggap ketinggalan zaman dan tidak layak bagi manusia modern. Tragisnya, syariat Islam yang diterapkan dalam negara kerap hanya dipahami di seputar hukum tersebut.

Ketakutan itu jelas tak beralasan. Sebab, berbagai jenis dan bentuk hukuman yang ada dalam nizhâm al-’uqûbât itu hanya akan dikenakan kepada pelaku pelanggaran syariat. Hukuman rajam, misalnya, tidak akan ditimpakan kecuali terhadap pelaku perzinaan; potong tangan tidak akan dijatuhkan kecuali terhadap pencuri (yang memenuhi syarat-syarat syar‘i untuk dipotong tangannya).

Oleh karena itu, mereka yang bukan pezina, pencuri, pemabuk, pembunuh, dan pelaku pelanggaran syariat lainnya tidak perlu khawatir dengan berbagai jenis hukuman itu. Lagi pula, berbagai hukuman semestinya harus dilihat sebagai bentuk perlindungan kepada masyarakat luas dan penjagaan dari pelanggaran syariat. Hukuman cambuk atau rajam bagi pezina, misalnya, harus dipandang sebagai perlindungan syariat agar manusia tetap menjadi makhluk beradab.

Patut dicatat, semua ketetapan syariat itu pada hakikatnya adalah untuk kebaikan dan kemaslahatan manusia. Semua perkara yang dituntut syariat untuk dikerjakan adalah maslahat bagi manusia. Sebaliknya, semua perkara yang dituntut oleh syariat untuk ditinggalkan adalah mudarat bagi manusia.

Oleh karena itu, setiap orang yang beriman dan menaati syariat-Nya akan dianugerahi kehidupan yang baik (QS an-Nahl []: 97). Allah Swt. juga berjanji akan melimpahkan dan membukakan berkah-Nya dari langit dan bumi kepada penduduk negeri yang mau beriman dan bertakwa (QS al-A‘raf [7]: 96). Orang yang menjalankan dîn-Nya secara istiqamah juga dijamin memperoleh kehidupan yang mudah (QS al-Maidah [5]: 66).

Ketika Camilla Gibb mengatakan Islam cinta damai, kita setuju bahwa Islam memang cinta damai. Salah satu contoh aplikasi Islam yang cinta damai yaitu mengenai pengaturan non-muslim yang hidup dalam tatanan Negara Islam :

Kedudukan Non-Muslim
Dalam konteks bernegara, secara umum orang kafir terbagi menjadi dua, yakni: (1) warga negara; (2) bukan warga negara. Orang-orang non-Muslim yang termasuk warga negara Islam disebut kafir dzimmi, yakni orang-orang yang tidak beragama Islam namun hidup di dalam naungan Daulah Islamiyah. Orang yang berstatus dzimmi memiliki perjanjian berupa perlindungan dari umat Islam untuk memperlakukan mereka sesuai dengan apa yang layak untuk mereka, termasuk mengatur segala urusan mereka dengan hukum Islam.
Semua orang yang menyandang status sebagai warga negara akan menikmati semua hak, di samping menjalankan semua yang ditetapkkan oleh syariat. Tidak ada bedanya antara Muslim atau non-Muslim. Mereka harus diperlakukan secara adil (QS an-Nisa’ [4]: 8).
Negara juga tidak boleh memberikan keistimewaan kepada individu-individu tertentu di antara rakyatnya dalam masalah hukum, pengadilan, dan pengaturan berbagai urusan; tidak boleh ada diskriminasi atas dasar ras, agama, atau yang lainnya. Dalam hal muamalat dan ‘uqûbât, negara menerapkan hukum Islam kepada seluruh warganya, baik Muslim maupun bukan.

Sedangkan dalam hal keyakinan agama, mereka tidak diganggu (QS al-Baqarah [2]: 256); demikian pula dalam urusan pernikahan dan perceraian. Mereka juga tidak dipaksa ikut berjihad. Dalam hal makanan dan pakaian, mereka diperlakukan sesuai dengan agama mereka. Jika agama mereka membolehkan babi dan khamr, mereka diizinkan mengkonsumsinya; asal berada dalam lingkungan mereka. Kaum laki-lakinya juga tidak dilarang mengenakan emas atau sutra. Hanya saja, mereka tidak diperbolehkan memperjualbelikan makanan atau minuman yang diharamkan Islam itu di pasar-pasar. Wanita-wanitanya juga tidak diperkenankan menggunakan pakaian yang tidak sesuai dengan syariat ketika berada dalam kehidupan umum. Sebab, dalam kehidupan umum semua warga negara harus tunduk pada hukum Islam tanpa memperhatikan lagi agama yang dipeluknya.
Paparan di atas menunjukkan, bahwa tidak ada yang perlu ditakuti dari penerapan syariat Islam. Bahkan seharusnya, syariat Islam dirindukan oleh setiap orang. Siapa yang tidak merindukan hidup sejahtera, tenteram, damai dan bahagia di bawah naungan Islam? Jika kebenaran dan keunggulan Islam telah terpampang dengan jelas, masihkah ada yang betah berlama-lama hidup menderita di bawah cengkeraman Kapitalisme, sebagaimana saat ini?

Wallahu’alam bish shawab

Sumber: Alpen Prosa





Selengkapnya...

KPI Minta Masyarakat Waspadai 10 Acara TV

10 acara TV dinilai banyak melanggar Standar Program Siaran KPI. Ia melanggar norma kesopanan, kesusilaan dan kekerasan. Waspadai dan selamatkan kaluarga Anda!

Hidayatullah.com.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Pusat meminta masyarakat untuk mewaspadai 10 program acara yang dianggap bermasalah yang ditayangkan sembilan stasiun TV swasta nasional Indonesia.

Ketua KPI Pusat, Sasa Djuarsa Yahya dalam jumpa pers di kantor KPI di Jakarta, Jumat mengatakan 10 program acara TV tersebut yaitu Cinta Bunga (SCTV), Dangdut Mania Dadakan 2 (TPI), Extravaganza (TransTV), Jelita (RCTI), Mask Rider Blade (ANTV), Mister Bego (ANTV), Namaku Mentari (RCTI), Rubiah (TPI), Si Entong (TPI), dan Super Seleb Show (Indosiar).

Sasa mengatakan dari hasil pantauan KPI selama periode 1 - 13 April, 10 acara TV tersebut paling banyak melanggar Standar Program Siaran KPI, antara lain melanggar norma kesopanan dan kesusilaan dengan banyak menampilkan kekerasan, menampilkan kata-kata kasar, merendahkan dan melecehkan orang lain.

Untuk Sinetron Cinta Bunga yang diputar SCTV, KPI menilai terlalu menampilkan kekerasan secara verbal yaitu memaki dan merendahkan orang lain, selain tidak mencantumkan klasifikasi acara.

Sedangkan acara variety show "Extravaganza" TransTV menampilkan rangkaian tindakan yang mengesankan tindak kekerasan dengan atau tanpa alat, banyaknya kekerasan secara verbal, percakapan mengarah ke makna yang vulgar dan tidak memperhatikan norma kesopanan serta kesusilaan.

Acara Dangdut Mania Dadakan 2 TPI, KPI menyimpulkan terlalu menampilkan kata-kata kasar, melecehkan dan merendahkan orang lain secara khusus sering melecehkan orang dengan kelompok dan bentuk fisik tertentu, percakapan mengarah ke makna yang vulgar dan tidak memperhatikan norma kesopanan serta kesusilaan.

Sementara Sinetron Jelita RCTI terlalu menampilkan kekerasan fisik secara khusus kekerasan terhadap anak, menampilkan kekerasan verbal yaitu memaki dengan kata-kata kasar, tidak memperhatikan norma kesopanan dan tidak mencantumkan klasifikasi acara.

Sinetron Komedi Mister Bego dari ANTV terlalu menampilkan kekerasan fisik, menampilkan adegan mengarah ke seks, menampilkan kata-kata kasar, tidak memperhatikan norma kesopanan dan tidak mencantumkan klasifikasi acara.

Sedangkan Serial Anak "Mask Rider Blade" ANTV merupakan acara non-kartun (riil), menampilkan kekerasan fisik yang cukup intens dalam bentuk perkelahian / pertarungan, dan tidak menampilkan klasifikasi acara akan tetapi ada logo "Star Kids".

Sinetron "Namaku Mentari" di RCTI, KPI menilai terlalu menampilkan kekerasan fisik secara khusus kekerasan terhadap anak, menampilkan kekerasan verbal yaitu memaki dan kata-kata kasar, tidak memperhatikan norma kesopanan dan tidak mencantumkan klasifikasi acara.

Untuk Sinetron Rubiah TPI, KPI melihat terlalu menampilkan kata-kata kasar, melecehkan dan merendahkan orang lain secara khusus ada muatan melecehkan orang dengan kelompok dan bentuk fisik tertentu, menampilkan kekerasan fisik, tidak memperhatikan norma kesopanan serta mencantumkan klasifikasi acara secara sekilas.

Sementara Sinetron Komedi Si Entong dari TPI juga terlalu banyak kata-kata kasar, memaki, dan melecehkan orang lain, penggambaran anak yang tidak mendidik (anak berkata kasar, anak berpacaran), penggambaran tentang guru yang melecehkan, tidak memperhatikan norma kesopanan serta tidak mencantumkan klasifikasi acara.

Sedangkan acara variety show Super seleb Show di Indosiar, KPI melihat terlalu menampilkan rangkaian kata-kata kasar, melecehkan dan merendahkan orang lain (secara khusus sering melecehkan orang dengan kelompok dan bentuk fisik tertentu), tidak memperhatikan norma kesopanan dan kesusilaan.

Sasa mengatakan banyak stasiun TV yang tidak mencantumkan klasifikasi acara (penggolongan program siaran berdasarkan usia khalayak penonton), yaitu A (Anak), R (Remaja), D (Dewasa), dan SU (Semua Umur).

"Banyak acara non-anak yang dianalisis ditayangkan pada jam anak biasa menonton TV, sehingga potensi masalah menjadi lebih besar karena dapat berdampak pada penonton anak yang umumnya tidak kritis," katanya. [ant /www.hidayatullah.com]






Selengkapnya...

Karima Burns: Cintaku kepada Islam tertambat di Istana Al-Hambra

Ketika membuka Al-Quran perasaan yang hadir persis seperti orang yang baru saja menemukan kembali anggota keluarganya yang telah lama hilang

Hidayatullah.com--

Karima Kristie Burns, MH, ND nama lengkapnya. Karima (39) dikenal sebagai perempuan dengan banyak bakat. Ya sebagai editor, penulis, guru, dan juga pakar herbalis. Di dunia herbalis dia sangat dikenal lewat konsultasi online di website Herb'n Muslim yang dikelolanya sejak 1994. Sejak masuk Islam, dia membuka usaha Herb'n Muslim yang dikenal dengan teknik penyembuhan alami dan islami. Dia juga telah menulis lebih dari 120 artikel kesehatan yang bisa didownload via websitenya itu. Karima menghabiskan separuh hidupnya di Midwest, Iowa (AS), tempat dia dibesarkan. Dan separuhnya lagi di kawasan Timur Tengah (Mesir dan Arab Saudi).

Karima mulai tertarik dengan metode penyembuhan alami justru ketika berupaya menyembuhkan dirinya sendiri yang mengidap penyakit asma, alergi, mudah panik, depresi, dan beberapa penyakit bagian dalam lainnya. Kala itu dia mencoba dengan terapi alami dan bantuan tumbuh-tumbuhan. Dia berkeliling hingga ke Mesir guna mencari berbagai informasi berkenaan penyembuhan tradisional. Dari kegigihannya itu, dia bahkan berhasil memperoleh gelar formal master of herbalist dan doktor bidang naturopathic tahun 1996 dari Trinity College di Dublin, Irlandia. Naturopathic adalah teknik pengobatan alamiah yang meresepkan herbal untuk para pasiennya. Namun tak banyak yang tahu, ketertarikan Karima kepada Islam justru ketika berkunjung ke Spanyol. Dia mengaku terkagum-kagum dengan tulisan Arab di Istana Al-Hambra di kota Granada. Istana itu sendiri dulunya bekas mesjid hingga bekas kaligrafinya masih ada. Berikut penuturan Karima yang disadur dari beberapa sumber.

***

Kenal Islam di Spanyol

Karima Burns awalnya adalah seorang mahasiswi program sarjana studi kawasan Arab di Universitas Iowa, AS. Karima mengaku Islam hadir di hatinya berawal dari membaca rangkaian tulisan ayat suci Al-Quran dalam rangka penyelesaian tugas kuliahnya. Dan dia tak kuasa menghindar dari bisikan hati itu.

Ceritanya, satu ketika dia dan teman-temannya mengadakan studi tur ke Granada, Spanyol. Granada merupakan salah satu bekas kawasan yang pernah dikuasai Islam selama hampir tujuh abad. Kala itu dia sedang duduk-duduk di Istana Al-Hambra. Istana itu dulunya adalah mesjid. Karima takjub melihat jejeran tulisan di dinding gedung tua itu. Baginya itulah tulisan terindah yang pernah dia lihat.

“Bahasa apa itu?” tanyanya pada salah seorang turis Spanyol. ”Bahasa Arab,” sahut turis lokal itu. Hari berikutnya, tatkala pemandu wisata menanyakan buku panduan dalam bahasa apa yang dia inginkan, Karima menjawab spontan bahasa Arab.

"Apa, bahasa Arab? Anda bisa bahasa Arab?" tanya si pemandu terkejut.

"Tidak, tapi tolong berikan juga yang dalam bahasa Inggris," sahut Karima.

Di akhir tour tas Karima penuh dengan buku-buku petunjuk wisata dari tiap-tiap kota yang dia singgahi di seluruh Spanyol. Dan semuanya dalam bahasa Arab!

“Tas travel saya sudah terlalu penuh hingga saya bermaksud membuang beberapa potong pakaian dan beberapa barang lainnya agar tasnya bisa muat. Namun, untuk buku-buku bahasa Arab rasanya berat untuk ditinggalkan. Buku-buku itu ibarat emas bagi saya. Saya sering membolak-balik halamannya tiap malam. Kata per kata-nya saya amati dengan seksama. Huruf-hurufnya juga unik, beda dengan huruf latin biasa. Saya membayangkan andainya saja bisa menulis dengan huruf yang demikian indah itu. Waktu itu saya punya pikiran pasti akan sangat berharga jika bisa mengetahui bahasa Arab ini. Saya pun berniat dalam hati untuk belajar bahasa ini. Ya satu saat nanti kala kembali ke kampus di musim gugur,” tukas Karima.

Mencari jawaban

“Ketika itu ada sekitar dua bulan saya meninggalkan keluarga di Iowa untuk mengikuti tour sepanjang kawasan Eropa ini. Sendirian pula. Kala itu usia saya baru 16. Makanya saya kepingin jalan-jalan dulu sembari “melihat dunia”. Itu alasan yang saya katakan pada keluarga dan kawan-kawan. Tapi sebenarnya saya sedang mencari jawaban atas konsep Kristen yang sudah lama saya pendam. Saya meninggalkan gereja (baca: Kristen -red) persis beberapa bulan sebelum berangkat ke Eropa dan belum bisa menentukan pilihan (agama) lain. Saya merasa belum mendapatkan apapun dengan apa yang telah saya pelajari selama ini. Sampai kini pun belum mendapatkan alternatif-alternatif lain,” ungkapnya.

“Tempat dimana saya dibesarkan, yakni Midwest, sebenarnya sangat cocok buat saya. Misalnya hal keyakian, tidak ada yang perlu dipusingkan disana. Mau jadi bagian dari gereja silahkan. Tidak, ya juga ndak masalah. Tapi karena itu pula saya tidak punya gambaran agama lain yang bisa dijadikan alternatif. Makanya ketika ada waktu keliling Eropa saya berharap bisa berjumpa dengan “sesuatu” yang lain itu,” imbuhnya.

“Di gereja tempat kami tinggal, kami hanya boleh melakukan ibadah untuk Yesus dan menyandarkan segala sesuatu padanya agar bisa menyampaikan pesan kepada Tuhan. Secara intuitif saya merasakan bahwa ada sesuatu yang salah dengan dogma itu,” kata dia.

“Saya kala itu dengan patuh pergi ke gereja tiap hari minggu dan sangat serius dengan apa yang saya pelajari tentang kejujuran, murah hati dan saling berkasih sayang. Tapi ada yang bikin saya bingung tatkala melihat jamaag gereja. Sikap mereka tampak begitu beda selama satu hari itu. Apakah Cuma sehari dalam sepekan bersikap jujur, murah hati dan kasih sayang? Apakah mereka cuma bahagia di hari minggu saja? Aku mencari-cari di beberapa buku panduan, namun tak menemukan apa-apa. Ada hal tentang 10 perintah Tuhan yang meliputi hal-hal yang sudah nyata sekali seperti larangan membunuh, mencuri dan berbohong. Uniknya, orang-orang ke gereja seperti tak ada etiket. Misalnya, sejauh yang saya tahu, banyak yang pakai rok mini ke gereja. Ironisnya lagi, ada juga dari mereka pergi ke sekolah minggu hanya karena ada cowok ganteng disana,” tukas Karima.

Kitab Bibel aneka versi

Satu hari Karima berkunjung ke rumah salah seorang dosennya. Disana dia melihat beberapa kitab Bibel tersusun rapi di rak lemari si dosen. “Saya tanya apa itu. Dosennya menjawab bahwa itu kitab Bibel dalam berbagai versi. Saya sebenarnya tak mau mengganggunya dengan pertanyaan seputar Bibel dalam aneka versi itu. Tapi makin dipendam makin sangat mengganggu pikiran. Saya beranikan diri mengamati beberapa dari Bibel itu. Saya terkejut. Memang ada yang benar-benar beda satu versi dengan versi lainnya. Bahkan ada beberapa bab yang tidak sama dengan Bibel kepunyaan saya. Kala itu saya benar-benar bingung. Bahkan mulai timbul perasaan bimbang,” katanya-

Ikut kelas bahasa Arab

Selepas tur Eropa Karima kembali ke kampus dengan perasaan kecewa sebab tak menemukan jawaban yang diharapkannya. Akan tetapi dengan keinginan yang begitu besar akan sebuah bahasa, Karima mengaku tertarik untuk mempelajari bahasa Arab. “Ironis ya, mendapat secercah jawaban yang saya cari-cari justru di dinding istana Al Hambra. Setelah pulang dari Spanyol, butuh dua tahun bagi saya untuk merealisasikan semua itu (masuk Islam-red),” ujarnya.

“Hal pertama sekali yang saya lakukan kala aktif kembali di kampus adalah mendaftar kelas bahasa Arab. Saya amati tampaknya kelas itu tidak begitu diminati. Entah kenapa. Buktinya peserta yang mendaftar cuma tiga. Saya dan dua mahasiswa lainnya. Tapi saya tak ambil pusing,” kata dia. Karima pun langsung tenggelam dengan pelajaran bahasa Arab. Rasa ingin tahunya sangat tinggi, hingga sang dosen takjub melihatnya.

“Saya kerjakan tugas-tugas yang diberikan dengan pulpen khusus untuk menulis huruf kaligrafi. Bahkan seringkali saya pinjam buku-buku dalam bahasa Arab dari dosen hanya untuk melihat huruf-huruf Arab yang ada dalam buku itu. Memasuki tahun kedua di universitas, saya putuskan untuk memilih bidang Studi Timur Tengah. Jadi dengan begitu bisa fokus pada satu kawasan saja. Nah di salah satu mata kuliahnya adalah belajar Al-Quran. Saya gembira bukan main,” aku Karima mengenang.

Kagum dengan Al-Quran

“Satu malam saya buka Al-Quran untuk mengerjakan PR. Heran campur takjub. Makin saya baca makin terasa nikmat. Sulit untuk berhenti membacanya. Persis seperti seseorang baru mendapatkan sebuah novel baru. Ketika itu saya bergumam dalam hati; wow menarik sekali. Inilah yang selama ini saya cari-cari. Semuanya ada dalam Al-Quran. Semua penjelasan betul-betul menarik. Saya sungguh kagum, kitab suci ini menguraikan semua yang juga saya percayai dan saya cari-cari jawabannya selama bertahun-tahun. Sangat jelas disebutkan bahwa hanya ada satu Tuhan yang patut disembah, yakni Allah. Tidak seperti di Kristen, satu dalam tiga,” imbuhnya.

Hari berikutnya Karima kembali ke ruang kelas untuk menanyakan siapa gerangan pengarang kitab itu. Karima melihat ada sebuah nama tertulis di halaman depan Al-Quran itu. “Awalnya saya menyangka itu nama pengarangnya. Misalnya seperti kitab Gospel yang dikarang oleh St. Luke atau kitab-kitab dalam agama lain yang pernah saya pelajari sebelumnya,” kata dia.

Salah seorang dosen Karima yang beragama Kristen memberitahu bahwa itu bukan nama pengarangnya. “Ternyata itu adalah nama penerjemahnya. Masih menurut dosen itu, dia mengutip pernyataan penganut Islam, bahwa tak ada seorang pun yang mampu menulis kitab suci itu. Quran, kata orang Islam, merupakan perkataan Allah dan tidak berubah dari pertama diturunkan hingga saat ini. Al-Quran dibaca dan dihafal banyak orang. Wow…tak perlu saya katakana bagaimana gembiranya hati saya. Makin terpesona dan takjub. Setelah penjelasan itu saya tambah tertarik, bukan hanya mempelajari bahasa Arab, tapi juga mempelajari Islam. Hingga timbul keinginan pergi ke Timur Tengah,” katanya sumringah.

Masuk Islam

Di tahun terakhir kuliah akhirnya Karima mendapat kesempatan mengunjungi Mesir. Salah satu tempat favorit yang ingin dia lihat di sana adalah mesjid. “Saya merasakan seolah-olah sudah jadi bagian dari mereka. Berada di dalam mesjid, keagungan Allah semakin nyata. Dan, seperti biasanya, saya sangat menikmati rangkaian tulisan kaligrafi yang ada di dinding mesjid itu,” kata dia.

Satu hari seorang teman menanyakan kenapa tidak masuk Islam saja kalau memang sudah sangat tertarik. “Tapi saya sudah jadi seorang muslim,” kata Karima. Si teman terkejut mendengar jawaban itu. Tak cuma dia, bahkan Karima sendiri terkejut dengan jawaban spontan yang keluar dari bibirnya. “Tapi kemudian saya sadari hal itu logis dan normal. Islam telah merasuk dalam jiwa saya dan selalu memberikan perasaan lain. Begtupun pernyataan teman saya itu ada benarnya. Kenapa saya tidak masuk Islam saja?” tanya Karima pada dirinya sendiri. Temannya menyarankan agar lebih resmi (masuk Islam) sebaiknya pergi ke mesjid saja dan menyatakan keislaman di hadapan jamaah di sana sebagai saksinya.

“Tanpa menunggu lama saya ikuti sarannya. Ringkas saja, Alhamdulillah, akhirnya saya pun bersyahadat. Pihak mesjid lalu memberikan selembar sertifikat resmi selepas bersyahadat. Tapi sertifikat itu tak penting dan hanya saya simpan dilemari. Sama seperti dokumen-dokumen lain seperti asuransi, ijazah dan lainnya. Tak ada niat menggantung kertas itu di dinding rumah sebagai bukti telah ber-Islam. Bagi saya yang penting sudah jadi seorang muslim,” akunya.

“Kini saya habiskan waktu hanya untuk mempelajari Al-Quran. Ketika membuka Al-Quran perasaan yang hadir persis seperti orang yang baru saja menemukan kembali anggota keluarganya yang telah lama hilang,” ungkap Karima. Di rumahnya Karima tak lupa menggantung foto Istana Al Hambra, tempat dimana dia pertama kali melihat tulisan Arab yang membuat dirinya takjub dan jatuh cinta dengan Al-Quran. Kini, disamping mengelola praktek penyembuhan alaminya dia juga aktif menulis. Ada lebih dari 120 artikel yang telah dia tulis. Umumnya bertema kesehatan. Tulisannya yang terkenal antara lain The “Yoga” of Islamic Prayer, Vetegarian Muslim, dan banyak lainnya lagi. Begitulah. [Zulkarnain Jalil/dari berbagai sumber/www.hidayatullah.com]






Selengkapnya...

Kamis, 08 Mei 2008

RUU Pelayaran Bukti Liberalisasi yang dilakukan Pemerintah

Desi Puji Lestari, S.Pd. (Ketua Divisi Litbang AlPen ProSa Jawa Timur)

Ratusan karyawan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) yang tergabung dalam Serikat Pekerja Pelabuhan dan Pengerukan Indonesia (SPPI) di beberapa kota Indonesia seperti Jakarata, Makasar, Cilacap dan Surabaya melakukan unjuk rasa. Dalam aksinya para demonstran menolak pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) Pelayaran oleh DPR karena RUU tersebut merupakan bentuk liberalisasi pengelolaan pelabuhan umum sehingga baik swasta asing maupun nasional yang mempunyai kemampuan modal besarlah yang akan tetap eksis.

Dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang Pelayaran oleh Panitia kerja (Panja) Komisi V DPR RI yang di sahkan pada tanggal 8 april telah jelas mengungkapkan bahwa posisi PT Pelindo akan digantikan oleh Badan Penyelenggara Pelabuhan (BPP) sebagai pihak yang bertanggng jawab penuh atas pengelolaan dan penyelenggaraan aktivitas pelayaran dan pelabuhan yang selama ini di pegang Pellindo.

Jika dulu dalam pasal 33 menjelaskan bahwa PT (Persero) Pelabuhan Indnesia (Pelindo) merupakan salah satu BUMN yang strategis bagi kebutuhan publik Indonesia, namun kini RUU Pelayaran yang disahkan DPR justru lebih memberi kuasa kepada pelayaran swasta asing terhadap pengendalian arus perdagangan nasional dan ekspor impor yang saat ini telah dikuasai lebih dari 97 persen. Jika hal ini di berlakukan maka akan terjadi persaingan tidak sehat karena para penilik modal dengan leluasa akan menguasai asset pelabuhan dari hulu hingga hilir.

Sebenarnya swastanisasi Pelindo bukan hal yang mengejutkan karena telah masuk dalam rancangan pemerintah untuk segera mengumumkan BUMN yang akan go publik sejak 2007 lalu, termasuk PTP Nusantara IV, dan PT Jasa Marga. Jika sebelumnya pemerintah telah menjadikan lima BUMN go public, yakni PT.Telkom, PT Indosat, PT Tambang Timah, PT Aneka Tambang, dan PT Semen Gresik, maka akan menyusul empat BUMN lainnya seperti PT Pembangkit Jawa Bali I, PT Pembangkit Jawa Bali II, PT Krakatau Steel, dan PT Rajawali Nusantara Indonesia.

Jika Kementrian BUMN mengungkapkan bahwa tujuan dari dana hasil penawaran umum perdana (IPO) saham BUMN tidak untuk menutupi kekurangan Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara (APBN), namun dana (IPO) yang diperoleh akan masuk ke perusahaan untuk dijadikan sebagai dana pengembangan bagi BUMN yang tidak sehat, sedangkan BUMN yang di privatisasi melalui penjualan ‘strategic sales’ (divestasi) akan masuk ke APBN, maka harusnya BUMN semakin lebih baik dalam melakukan pelayanan kepada masyarakat namun faktanya pelayanan yang di hasilkan justru semakin memberatkan masyarakat.

Seperti yang terjadi pada PT. Jasa Marga yang menaikkan tarif jalan tol yang justru memberatkan para pengguna jalan tapa di ikuti perbaikan pelayanan. Hal ini membuktikan bahwa ketika sebuah BUMN telah dikuasai swasta maka yang menjadi tujuan dari berjalannya BUMN adalah mendapatkan keuntungan (profit oriented). Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemilik modal tak akan mengeluarkan modal jika perusahaan yang di investasi tidak memberikan keuntungan (no free lunch)

Ironinya Pemerintah sebagai lembaga yang seharusnya memenuhi kebutuhan hidup rakyat justru menswastanisasi lemabaga-lembaga yang menguasai hajat hidup orang banyak. Ketika para investor telah menguasai sebagian besar saham BUMN maka mau tidak mau pengelolaannya harus mendatangkan keuntungan, jika hal ini terjadi maka kenaikan harga akan menjadi solusi agar BUMN tersebut tetap survive.

Indonesia sebagai Negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah masih mempunyai daya tarik bagi investor asing untuk menanamkan modalnya maka jangan heran jika Indonesia ibarat sepotong roti yang menjadi rebutan Negara-negara kapitalis. Jadi wajar jika Negara kita tak pernah lepas dari kemiskinan dan keterbelakangan karena kita masih bergelut dengan kapitalis di setiap sendi kehidupan.

Pemerintah telah banyak menjual sumber daya alam kita, kini apakah bidang pelayaran juga akan bernasib sama seperti halnya PT. Jasa Marga. Jika pemerintah dan DPR tetap bersikukuh mensyahkan RUU Pelayaran berarti kita telah menggadaikan suluruh distribusi keluar masuknya barang dan jasa kepada asing. Sudah matikah hati nurani pemerintah dan DPR yang nota bene mengaku pelayan dan wakil-wakil rakyat ?

Sudah saatnya kita terlepas dari kapitalis global yang mencengkram kita karena sejatinya telah nampak kerusakan yang di akibatkan sistem kapitalis sekuler yang di dengung-dengungkan para Negara komprador, serta mengembalikan seluruh sumber daya alam yang menguasai hajat hidup orang banyak pada hakekatnya sebagai harta kepemilikan umum yang di gunakan untuk kesejahteraan rakyat. Kini saatnya mengembalikan fungsi seorang pemimpin sebagai seorang pelayan umat bukan majikan yang harus di layani rakyatnya.(alpenprosajatim on line)






Selengkapnya...

PBNU Dorong Pemerintah Tegaskan Ahmadiyah Bukan Islam

PBNU mendorong pemerintah tidak ragu-ragu menegaskan bahwa aliran Ahmadiyah bukan Islam. Hasyim juga meyakini, Barat akan “membela” habis-habisan Ahmadiyah

Hidayatullah.com–

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mendorong pemerintah agar tidak ragu-ragu menegaskan bahwa aliran Ahmadiyah bukan Islam dan melarang organisasi itu berdakwah di kalangan umat Islam.

“Pemerintah hendaknya menyatakan bahwa Ahmadiyah berada di luar Islam dan tidak boleh mengahmadiyahkan orang Islam atas dasar kebebasan,” kata Ketua Umum PBNU KH Hasyim Muzadi di Jakarta, Rabu.

Menyangkut eksistensi organisasi maupun pengikut Ahmadiyah, lanjut Hasyim, harus diukur menurut ukuran ideologi negara yang ber-Pancasila. Ulama NU juga harus menjelaskan hal ini pada umat.

“Dengan demikian, umat Islam Indonesia dapat diselamatkan akidahnya tanpa risiko internasional dan tetap menempatkan mereka (pengikut Ahmadiyah) sebagai warga negara yang mempunyai hak, tapi tentunya bukan hak membelokkan Islam,” katanya.

Menurut Hasyim, adalah salah besar kalau menghubungkan Ahmadiyah dengan kebebasan beragama. Sebab, Ahmadiyah tidak mencanangkan diri sebagai agama tersendiri.

“Yang ada adalah mereka merasa muslim tapi sudah belok dari keislamannya. Oleh karena itu umat Islam wajib menolaknya,” tandas pengasuh Pondok Pesantren Al Hikam, Malang, Jawa Timur, tersebut.

Namun, lanjut Hasyim, pada saat yang bersamaan, umat Islam, khususnya para ulama, harus memberikan dakwah agar pengikut Ahmadiyah kembali ke jalan Islam yang lurus.

“Saya yakin akan ada negara Barat tertentu yang membela mereka (Ahmadiyah) habis-habisan karena sejak kelahirannya di Pakistan telah dibela,” katanya. [ant/www.hidayatullah.com Kamis, 08 Mei 2008]





Selengkapnya...

I wana be a hero..!

November ceria…! Eh salah harusnya kan September. BTW, Bulan November adalah bulan yang sangat erat kaitannya dengan kepahlawanan. Karena (kalo nggak salah inget seh..) pada saat itu para arek-arek Suroboyo berhasil merobek bendera Belanda yang tepanya di Hotel Yamato. Bisa di bayangkan situasi heroik macam apa kala itu hingga seluruh bangsa kita memperingatinya sebagai hari pahlawan.

Sebagai anak sekolahan biasanya kalau nggak salah lagi ya. Kita memperingatinya dengan acara upacara gitu. Ngomong-ngomong nyadar nggak sih kalau kita terkadang bahkan sobat Muti sendiri hanya melalui hari-hari bersejarah ini tanpa arti. Artinya kagak mudeng apaan coba yang diperingati ini.
Untuk itu Muti mau ngajak sobat sekalian untuk “menjelajahi” sang Pahlawan. Ayuk?.. Yuuuk…..

Dari Zero to Hero

Dari hasil survey Muti. Meski kagak pake metode random atawa metode sindrom..ups! kebanyakan dari orang-orang itu menilai bahwa yang namanya pahlawan nih itu Seeorang yang berjasa bagi negeri ini. Hingga kita mengenal banyak sekali nama-nama pahlawan di negeri ini. Seperti ada namanya Pahlawan Kemerdekaan, Pahlawan Revolusi atau Pahlawan Nasional.

Atau diistilahkan lagi kalo yang namanya pahlawan ntuh harus punya jasa dan mengharumkan nama bangsa ini di bidangnya masing-masing. Yang aksi kepahlawanannya itu nggak hanya melulu di dominasi sama mereka-mereka yang telah mendahului kita alias sudah almarhum. Tapi juga ada aksi pahlawan laen yang nota bene masih eksis sampe sekarang.
Contohnya saja. Seperti Taufik hidayat noh aksi smashnya ke sana kemari yang nge bikin Indonesia harum di kancah Internasional bisa di bilang sebagai aksi Kepahlawanan. Atau yang masih hangat-hangat nih yee… Si Coklat sama Gitaris en pencipta Lagu Eross SO7 yang berhasil nyiptain lagu “Bendera” dan merilis dalam sebuah lagu yang top abis, baru-baru ini di beri penghargaan oleh pemerintah kita nih juga dianggap sebagai aksi kepahlawanan di bidang musik.

Kalau kamu rajin ngikutin berita nggak masalah yang kekinian atau Jadul (jaman doeloe). Kadang kita nggak habis pikir ya.. Adatuh orang yang awalnya bukan apa-apa tapi di lain masa doski disanjung-sanjung sebagai Pahlawan. Kita bisa lihat aja sosok pahlawan mana saja pasti berawal dari Nol (Zero) trus karena pencerahan pemikiran yang ada pada dirinya akhirnya dia bisa mentransfer energi nya ke sekitarnya atawa Jadi Hero beneran. Dan akhirnya menghebohkan dunia persilatan ( Kagak Nyambung..). Semuanya itu jadi mungkin terjadi karena untuk meraihnya kagak gratis Bo! Butuh yang namanya pengorbanan waktu, kucuran keringat, kuatnya mental, melayangnya harta, hilanganya sodara dan famili, dan hingga lenyapnya jiwa

Kita bisa Lihat pada Nabi kita tercinta Nabi Muhammad yang awalnya beliau bisa jadi nggak di liat walau hanya sebelah matapun oleh orang-orang di sekitarnya. Tapi sekalinya beliau mendapatkan gelar ke-Nabian beliau langsung aja bikin masyarakat sekitar kaget terkaget-kaget dengan apa yang dia bawa. Barangkali itu kali ye.. yang menginspirasi Tuan Thomas dalam mendefinisikan apa itu Pahlawan.

Selidik punya selidik Dalam buku Helden en heden vereering. (buku apaan sih?) itu tuh buku yang di tulis sama Tuan Thomas Carlyle seseorang yang meneliti masalah kepahlawanan. Beliau telah menuliskan jenis-jenis pahlawan. Menurut dia pahlawan itu…sebagai sumber segala perubahan. Pahlawan adalah manusia besar yang mengubah sejarah ummat manusia. Tentunya dari kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik. Kalo asal sambar aja dengan kata perubahan yang di maksud maka orang-orang pencetus ide perampokan lewat bius yang kemaren marak di sebut pahlawan dong (minimal dikalangan preman). Back to the topic, otomatis menurut theori ini Nabi Muhammad itu adalah sosok pahlawan dong! Karena secara fakta beliau telah mengubah wilayah Mekah yang Jahiliyah Gelap Gulita menjadi Wilayah yang Terang Benderang (Listrik Kalee) Di sinari dengan Hidayah Islam yang masuk kesana. Demikia juga dengan Karl Marx, yang mengubah masyarakat menjadi masyarakat bersosialis sama rasa, sama rata, dan juga Ernesto “Che” Guevara di Amerika Latin ( yang akhir-akhir ini tampangnya nampang di stiker-stiker itu tuh), Kemal Attaturk di Turki ( Nah yang ini nih !!) mengubah negara dari negara penuh cahaya Islam menjadi gelap gulita karena negara yang mencampakkan Islam.

Pahlawan, Juga Buat Kamu

Kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Kepahlawanan adalah perbuatan yang menunjukkan sifat seorang pahlawan seperti keberanian, pengorbanan, kesetiaan dan lain-lain.

Dalam Islam, gelar kepahlawanan tidak cukup hanya mengacu pada definisi di atas. (oooo…ngerti ra Son!!) Kalo gitu trus gimana dong?. Secra bahasa nih yee.. usut punya usut kata “pahlawan” bermakna orang yang berpahala. Kata ini di ambil dari kata pahalawan yang untuk kemudahan penyebutan berubah menjadi pahlawan.Untuk urusan beginian kayaknya orang jawa ya yang ahli..(Nggak SARA kan?) Untuk menilai seseorang berdasarkan pahala yang ada pada dirinya, tentu sesuatu yang sulit terjangkau manusia. Sebab, yang menentukan dan memberikan pahala hanyalah Allah SWT semata. ALLah SWT telah memberikan kepada kita hidayah berupa Al Quran dan As-sunah yang kita gunakan sebagai petunjuk untuk menuju pada hakikat kepahlawanan itu sendiri.

Nah makanya buka mata dan baca serius. Ngomong-ngomong soal pahala sangat erat kaitannya amal apa aja tuh yang di terima oleh Allah. Oleh karenanya, harus juga dilengkapi dengan dua syarat, yaitu niat ikhlas karena Allah dan caranya seperti di contohkan Rasulllah SAW.

Ikhlas karena Allah berarti apa yang dilakukan oleh setiap musim itu semata-mata hanya ditujukan demi mendapat ridho Allah. Lain Tidak. Keberanian, pengorbanan, kesetiaannya tidak dipersembahkan untuk memperoleh tanda jasa, bonus materi, pujian atau pengakuan masyarakat. Seperti dalam hadits Rasul dari Abu Umamah :” Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang dilaksanakan dengan ikhlas dan dilakukan karena mengharap ridho Allah semata”. Apalagi diniatkan demi negara dan tanah airnya (Ashabiyyah) yang jelas-jelas bertentangan dengan aturan Islam. Karena Rasulullah bersabda dalam hadits arba’in.”Bukan dari golongan kami orang-orang yang mati membela ‘ashabiyah.” (HR Abu Dawud). Karena perjuangan demi ashabiyah (golongan) itu sama halnya memperjuangkan ikatan manusia yang berdasar atas kesukuan, golongan ataupun nasionalisme. Umat akhirnya terfokus untuk memikirkan negerinya saja tanpa memperhatikan urusan kaum muslimin di negeri lain.

Padahal Allah SWT menyerukan bahwa ikatan Aqidah-lah Islamlah yang bisa menyatukan umat manusia. Allah juga telah memerintahkan manusia untuk bersatu atas dasar tali agama Allah. Seperti dalam firmanNya “ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai….”. (Ali Imran [3] :103). Sehingga perjuangan pun diarahkan untuk membela Islam dan memperjuangkan tegaknya syari’at Islam di muka bumi ini.
Sementara kalau kita udah Ikhlas nih yee ceritanya maka kita kudu inget bahwa mencontoh Rasulukllah itulah syarat yang berikutnya. Bisa nggak ngebayangin kalau kita ikhlas mengerjakan Sholat tapi kita hantam kromo aja sholat Shubuh yang sejatinya hanya dua roka’at trus dengan alasan ikhlas dan semangat pengorbanan maka dia berkata “ Berapapun rekaat akan ku berikan padaMu ya Allah “ ya.. yang begini nih yang keblinger. Padahal Kekasih kita Rasulullah Muhammad SAW bersabda “ Tinggalkan olehmu sekalian apa saja yang telah kutinggalkan. Sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umat-umat sebelum kamu adalah karena banyaknya pertanyaan mereka dan mereka bertindak tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh nabi-nabi mereka. Oleh karena itu, bila aku melarang sesuatu kepada kamu sekalian maka juhillah, dan bila aku memerintahkan sesuatu maka kerjakanlah sekuat tenga”.( HR. Bukhari dan Muslim)

Eits..! Nggak cukup hanya itu aja Say! Untuk sampai pada gelar seorang pahlawan Islam mensyaratkan pengorbanan atas segala sesuatu demi ketaatan kepada Allah, Rasul dan Jihad fi Sabilillah. Allah berfirman (yang artinya) : Katakanlah : “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada Allah Rasul-Nya dan Jihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik (QS At Taubah[9] : 24)

Pengorbanan dalam konteks ketaatan nilah yang harus ada dalam jiwa kita, yang akhirnya bisa menghantarkan siapapun di antaraa kita untuk meraih predikat pahlawan sejati.

Buruan!!!

Eh.. Sobat Muti kalo urusannya dalam meraih pahala ini rasanya nggak ada alasan untuk menunda-nunda kalee. Karena kalo dipikir-pikir pesaing-pesaing kita tuh buanyak banget udah gitu godaan, halangan, dan tantangan ada aja yang menghadang di depan orang yang melakukan kebaikan. Sebaliknya betapa banyak pula dorongan dan kemudahan untuk melakukan kemaksiatan, Misalnya saja, orang mau mengaji, berjamaah sholat di masjid, apalagi berdakwah bukan main halangannya. Ada aja alasannya. Alasan ini lah, alasan itu, akhirnya kewajiban tertinggalkan. Sebaliknya bagi orang yang membunuh, senjata tajam dan senapan mudah dicari, ingin berzina wanita panggilan dimana-mana, hendak bergaul bebas pergaulan pun mendukung, mau meninggalkan hukum Islam ada saja legitimasi (pembenaran) atas nama hak asasi, mau menentang Allah juga di biarkan saja atas nama kebebasan berpendapat, mau menghina Nabi juga dibiarkan saja atas nama Lomba atau Kebebasan berekspresi. Tahu nggak Dalam situasi yang begini nih, Rasulullah SAW justru memerintahkan kita untuk segera berbuat kebaikan. Buruan. Serbu (bukan serba lima ribu…Loh). Jangan tunda-tunda. Seperti dalam hadits Nabi :”Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dimana ada seorang pada waktu pagi beriman tapi pada waktu sore ia kafir; pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia kafir; ia rela menukar agamanya dengan sedikit kentungan dunia” (HR. Muslim)





Selengkapnya...

Kemiskinan dan Pemiskinan

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.” (QS. Al Qashash: 77).

Miskin, menurut Imam Syafi’i dan jumhur ulama, adalah “memiliki sesuatu (penghasilan/pendapatan) tapi tidak mencukupi (kebutuhan pokok)”. Secara sunatullah kemiskinan telah muncul dalam kehidupan manusia. Allah meninggikan rizki sebagian manusia atas sebagian yang lain (QS. 39:53; QS. 29:62; QS. 43:42; QS. 16:71).

Dan secara faktual, Pak A.M. Saefudin pernah membagi kemiskinan sebagai kemiskinan alamiah (natural poverty) dan kemiskinan struktural (stuctural poverty). Yang pertama, terjadi karena misalnya cacat mental atau fisik, lahir dari dan dalam keadaan keluarga miskin dan faktor lain yang tak terduga (bencana alam, kebangkrutan dan lain-lain). Sedangkan kemiskinan struktural diciptakan oleh sistem, nilai dan perilaku bejat manusia.

Sistem kapitalis dan sosialis dengan asas manfaat bebas nilai, telah melahirkan elit politik dan konglomerat yang menghalalkan segala cara. Bergelimang dalam kemewahan dengan mengorbankan sebagian besar masyarakat.

Kita semua sadar dan tahu bahwa kemiskinan akan selalu ada dalam masyarakat apapun. Hanya saja masalahnya adalah, bagaimana upaya untuk menanggulangi dan memecahkan problem kemiskinan tersebut. Bila bicara tentang pengaturan dan pemecahan problem kemiskinan, maka hal ini jelas berkaitan erat dengan sistem yang diterapkan oleh negara yang bersangkutan. Tak mustahil, kemiskinan yang sifatnya sudah sunatullah akan tetap langgeng karena negara membantu memperparah kemiskinan tersebut dengan sistem yang diterapkannya. Inilah yang berbahaya dan sangat mematikan kehidupan umat.

Dalam sistem kapitalis, para konglomerat dengan leluasa bisa mengendalikan sistem perekonomian. Penimbun misalnya, mereka bisa dengan bebas mengumpulkan barang-barang kebutuhan pokok masyarakat, kemudian menunggu waktu yang pas untuk dilempar ke konsumen dengan harga yang melambung. Jelas ini akan membuat masyarakat menderita karena harus merogoh kocek lebih dalam lagi. Wal hasil, kemiskinan alaminya sudah ditambah dengan kemiskinan struktural yang membuat masyarakat semakin terpuruk.

Tentu, hal ini tak bisa dibiarkan begitu saja, karena menyangkut hajat hidup orang banyak. Sistem Islam akan mengupayakan langkah-langkah dalam mensejahterakan rakyat. Pertama, mengharamkan penimbunan harta.Kedua, memerintahkan agar harta beredar di seluruh anggota masyarakat, tidak hanya beredar di kalangan tertentu saja. Ketiga, pemerintah hendaklah mengeluarkan dana khusus untuk kebutuhan mendesak anggota masyarakatnya. Keempat, menetapkan hukum waris, sebagai upaya untuk memecah dan membagikan harta kepada yang berhak atasnya. Kelima, Islam melarang berlaku kikir dengan tidak menikmati dan memanfaatkan harta yang dimilikinya dalam batas-batas yang ditentukan syara’. Keenam, Islam menjadikan sebab-sebab pemilikan harta berdasarkan hukum syara’, dengan beberapa cara. Dalam hal ini Islam jelas akan melarang bentuk sistem ekonomi ribawi. [O. Solihin]





Selengkapnya...

Menguji Kekuasaan

“Adalah Rasulullah SAW. apabila mengangkat pimpinan suatu kesatuan pasukan dan dinas-dinas? rahasia, maka beliau menasihati, khusus kepada pimpinan itu, dengan nasihat takwa kepada Allah serta berlaku baik kepada kaum muslimin yang menyertai mereka.” (H.R. Imam Muslim)

Kekuasaan sering membuat orang lupa diri. Menganggap diri lebih hebat dari orang lain, sehingga merasa sah-sah saja menekan dan mendikte, meneror bahkan mengancam pesaing atau malah memberangus rakyatnya sendiri. Sampai-sampai ketika tidak berkuasa pun akan terkena penyakit post power syndrome. Dan inilah pemandangan yang selalu bisa kita lihat baik melalui kacamata sejarah atau menyaksikan langsung perilaku para penguasa dan agen-agennya.

Dalam diri manusia memang berkembang perasaan hubbussyiyadah (cinta kekuasaan) sebagai perwujudan dari gharizah al baqa (naluri mempertahankan diri) karena selalu ingin dianggap eksis dalam kehidupannya. Hal ini wajar selama masih dalam frame yang benar. Namun, bila ternyata cinta kekuasaannya itu sangat tinggi sehingga menguasai jiwa dan pikirannya, ini sangat berbahaya.

Maka wajar saja bila Rasulullah selalu mewasiatkan takwa kepada para calon pemimpin yang akan mengemban tugas kekuasaannya. Karena memang kekuasaan itu cenderung akan membawa orang kepada tindakan sewenang-wenang. Nilai takwa inilah yang nantinya bakal mampu meredam segala tindakan yang menyalahgunakan kekuasaan, untuk kemudian seenaknya berperilaku, dari mulai korupsi, kolusi sampai memeras dan memakan harta rakyat.

Kekuasaan itu baru akan benar-benar teruji dan terbuktikan kekuatan atau kelemahannya ketika terjadi segala bencana yang mendera negerinya. Apakah bisa mengatasi semua malapetaka itu atau malah dengan sengaja menciptakan huru-hara? Mencipatakan kedamaian atau menyulut kekerasan? Mengkondisikan kesejahteraan atau membuat kesenjangan? Ini memang tak lebih dari political game yang diperankan penguasa dan para pesaingnya untuk saling menjatuhkan.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz, saat melakukan pengontrolan di Baitul Mal pernah menutup hidungnya karena bau minyak kesturi yang menyebar di ruangan itu. Melihat sikap khalifah yang seperti itu, petugas baitul mal penasaran dan bertanya kepada khalifah. “Wahai khalifah, apakah gerangan yang membuat engkau seperti itu?” Khalifah Umar bin Abdul Aziz berkata, “Harta di baitul mal ini adalah milik rakyatku. Dan aku tidak ingin memakan harta rakyatku, walau hanya dengan mencium wangi minyak ini.”

Begitulah salah satu sikap khalifah Umar bin Abdul Aziz dalam memegang amanah kekuasaannya, yang tentu saja sulit mendapatkan modelnya pada pemimpin sekarang ini, yang cenderung menjadikan kekuasaan sebagai alat memperkaya diri dan mencekik orang lain, termasuk rakyatnya sendiri.

Padahal seharusnya para pemimpin itu melindungi dan mengayomi rakyatnya. Rasulullah SAW. bersabda:

“Sesungguhnya imam (pemimpin) itu adalah laksana perisai, dimana orang-orang akan berperang di belakangnya dan menjadikannya sebagai pelindung (bagi dirinya).” (H.R. Muslim dari Al A’raj dari Abu Hurairah).

Jadi jelas, seorang pemimpin yang betul-betul menjaga dan mempertanggung jawabkan amanat kekuasaannya ia akan melaksanakan kewajiban mengemban amanat itu dengan sungguh-sungguh dan menjadi pelindung rakyatnya dalam segala hal.

Rasulullah SAW. pernah memberi nasihat kepada Muadz bin Jabal dan Abi Musa Al Asy’ari ketika mereka diangkat jadi wali, “Kalian berdua harus bisa menyampaikan kabar yang menyenangkan, dan bukannya kabar yang menyedihkan. Kalian juga harus menyampaikan kabar gembira dan bukannya menjadikan mereka (rakyat) jera.” (H.R. Bukhari)

Kita jadi bertanya, apakah kondisi sekarang ini sudah sesuai yang dianjurkan Rasulullah SAW? Kalau belum, kita sama-sama harus muhasabah lil hukam (mengoreksi penguasa) [O. Solihin]





Selengkapnya...

Meneladani Rasulullah Saw

“Dan apa saja yang dibawa oleh Rasul, maka ambillah. Sedangkan apa yang dilarangnya, maka hindarilah. Bertakwalah kalian kepada Allah, karena Allah Maha keras siksa-Nya.” (QS. Al Hasyr: 7).

Manusia memang membutuhkan rasul sebagai perantara dalam menerima ajaran-ajaran dari Allah SWT. Dan bersamaan dengan itu pula, sejak lama manusia telah menempatkan Rasulullah SAW. sebagai pembawa risalah terakhir dari Allah SWT. untuk manusia. Setiap saat kita selalu bersholawat kepada nabi sebagai perwujudan dari rasa hormat kepada beliau, dan kita berusaha untuk menjadi orang-orang yang diberi syafaat di hari penghisaban dengan mengikuti anjuran dan larangannya. Karena pada hakikatnya yang dibawa Muhammad adalah wahyu dari Allah SWT. (QS. An Najm: 3 dan 4; QS. Al An’am:50).

Wujud cinta kita kepada Rasulullah selalu kita buktikan dengan mengikuti perbuatan-perbuatannya. Rasul menganjurkan berbuat baik kepada semua orang, dengan segera kita melaksanakannya. Ketika Rasul menyuruh kita sopan santun, jujur, adil, bersikap pemaaf, maka dengan antusias kita menyambut dan melaksanakan perintah itu. Sehingga dalam kadar tertentu kita telah menjadikan Rasulullah sebagai figur yang harus diteladani dalam segala komponen kehidupan. Bahkan Rasulullah adalah ushwatun hasanah atau teladan yang baik.

Namun amat disayangkan, rasa cinta kepada Rasulullah itu sedikit demi sedikit mulai memudar sesuai dengan berkembangnya peradaban. Sangat ironis memang, ternyata generasi muda kita lebih paham dan mengikuti “sabda-sabda” yang mereka anggap sebagai figur “teladan”. Tak bisa menutup mata, bahwa remaja kita mulai gandrung dengan tokoh-tokoh artis yang mereka anggap mampu memberi inspirasi dalam hidupnya. Bahkan dalam tataran tertentu mampu menumbuhkan histeria.

Bukan saja kaum muda yang sudah mematut-matut diri menyamakan dengan idola pujaannya. Namun, tanpa disadari kaum tua pun telah melakukan hal yang sama, meski dalam unsur yang berbeda. Dalam diri kita mulai merayap pemikiran dan perasaan yang bertolak belakang dengan sikap Rasulullah sebagai teladan kita. Betapa naifnya kita mengaku-ngaku mencintai dan meneladani Rasulullah sementara kita sendiri tak pernah mengikuti perilakunya. Cinta kita, cinta palsu belaka. Di satu sisi kita senantiasa bersholawat kepadanya, tapi pada kesempatan yang lain kita malah melakukan perbuatan yang dilarangnya, yang jelas bertentangan dengan perilaku mulianya.

Satu hal yang bisa kita dapati bila kita mencintai dan meneladani Rasulullah dalam segala komponen kehidupan, yang tak akan pernah kita jumpai dalam mencintai dan meneladani selain Rasulullah. Yakni Rasululullah akan memberi “bonus” berupa syafaat kepada kita di hari penghisaban, bila kita mengikuti apa-apa yang diperintahkannya dan menghindari apa yang dilarangnya. Tak perlu menipu diri dengan menganggap nanti akan mendapat syafaat, sementara kita tak pernah meledani perbuatan Rasulullah.

Mulai sekarang, kita wajib menumbuhkan semangat untuk mencintai dan meneladani Rasulullah dalam jiwa kita. Wujudkan dalam setiap aktivitas kehidupan kita bahwa kita mencintai dan meneladani Rasulullah. Sehingga kita menjadi umat yang diridhoi oleh Allah dan Rasul-Nya. [O. Solihin]




Selengkapnya...

Menegakkan Benang Basah Demokrasi

Demokrasi, ide yang lama disakralkan umat manusia, kini berada dalam ancaman. Di Indonesia, banyak pengusung ide demokrasi gelisah. Serentetan cacat demokrasi menyeruak ke permukaan. Pemilihan kepala daerah langsung (Pilkadal) di sejumlah daerah ternyata bermasalah. Mulai money politics, manipulasi data pemilih, hingga konflik horizontal di tengah masyarakat akar rumput. Padahal, selain dimaksudkan sebagai pemilihan kepala daerah, pilkada juga dimaksudkan sebagai pesta demokrasi di tingkat bawah. Karena rusuhnya, sampai-sampai Pengurus Besar Nahdlatul Ulama menyatakan bahwa pilkada itu mudlarat.

Sebenarnya bukan saja pilkada yang bermasalah. Pemilu di tingkat nasional pun selalu rawan hal yang serupa. ?Serangan fajar’ hingga sikap saling curiga yang menimbulkan ketegangan nasional.

Hal lain yang kini dicemaskan oleh para pengusung demokrasi ialah persoalan kesejahteraan. Sejumlah kalangan menyerukan agar jangan mengaitkan demokrasi dengan kesejahteraan. Presiden SBY pun mengingatkan hal serupa kepada masyarakat. Kecemasan ini amat berdasar karena demokrasi yang telah lama dipraktikkan di tanah air - juga di dunia - alih-alih menciptakan kemakmuran bersama justru menggali jurang kemiskinan yang kian dalam. John Pilger, ekonom terkemuka, mengatakan bahwa ? ekonomi dunia dikendalikan hanya oleh 200 perusahaan raksasa. Aset perusahaan Ford sama dengan kekayaan Denmark.

Seruan agar jangan mengaitkan demokrasi dengan kesejahteraan sebenarnya adalah pengingkaran terhadap ajaran demokrasi sendiri. Dalam demokrasi secara built-in telah terkandung kebebasaan ekonomi. Berlaku prinsip survival of the fittest, siapa yang kuat dialah yang bertahan. Karena bukankah inti ajaran demokrasi adalah kebebasan?

Lihat saja bagaimana perusahaan-perusahaan raksasa multinasional seperti Levis, Calvin Klein, Reebok, Adidas, Nike dengan rakusnya berproduksi di atas upah rendah buruh-buruh di negara dunia ketiga. Perusahaan sepatu Nike dengan entengnya mengontrak pegolf dunia Tiger Wood untuk mempromosikan produk mereka dengan nilai kontrak yang setara dengan upah buruh perusahaan itu se-Indonesia.

Atau, saksikan juga bagaimana demokrasi yang telah berkelindan dengan kapitalisme ?membunuh’ rakyat miskin secara perlahan. Seperti yang dialami sang ibu malang Daeng Mapaseng bersama anaknya dan janin 7 bulan yang dikandungnya, mati kelaparan. Dan ribuan lagi balita di Indonesia merasakan kepedihan gizi buruk. Sedangkan di sudut lain banyak orang tenggelam dalam kekayaan mereka. Termasuk Menkokesra RI yang baru saja dinobatkan sebagai orang terkaya di tanah air.

Maka, apalagi yang mau diharapkan dari demokrasi? Stabilitas politik tak kunjung terwujud, kesejahteraan masyarakat pun tak tercipta. Mengharapkan demokrasi menciptakan kemaslahatan sama saja menegakkan benang basah. Mustahil. Demokrasi sebenarnya menyimpan program self-destruction yang bisa meledak kapan saja. Termasuk ketika sedang merasa di puncak. [januar]





Selengkapnya...

Rabu, 07 Mei 2008

Saat yang Tepat untuk Berbuat

Saat yang tepat untuk berbuat adalah ketika kita tahu apa yang harus kita lakukan adalah yang paling benar atas dasar keimanan. Keimanan memang membutuhkan amal. Tapi, hanya amal shaleh yang akan diterima. Betapa banyak orang yang berbuat kebenaran, tapi kebenarannya tersebut hanya berdasar hawa nafsunya dan persepsinya tanpa hukum syara. Betapa sia-sianya perbuatan tersebut. Jika demikian, bukanlah saat yang tepat untuk berbuat. Sebab, setiap perbuatan akan dimintai pertanggungan jawabnya di akhirat kelak. Maka, berbuat benar saja menurut ukuran manusia belum cukup jika tak dilandasi keimanan kepada Allah Swt.

Saat yang tepat untuk berbuat adalah ketika perbuatan yang kita lakukan adalah atas dasar ilmu. Umar bin Khaththab pernah menyampaikan, “al-?ilmu qabla al’amal”–(ilmu dulu sebelum amal). Itu sebabnya, kita harus tahu dan bahkan paham terlebih dahulu sebelum berbuat. Jangan ikut-ikutan tanpa punya ilmu. Allah Swt. berfirman (yang artinya): “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” (QS al-Israa’ [17]: 36)

Dan, sebaik-baik ilmu adalah ilmu agama (Islam). Memperdalam ilmu keislaman akan menumbuhkan ketakwaan, sehingga kita bisa memikirkan dan menentukan mana perbuatan yang akan kita lakukan atau justru wajib kita tinggalkan. Imam Syafi’i rahimahullah menyampaikan, “Barangsiapa belajar al-Quran maka ia akan agung di pandangan manusia. Barangsiapa yang belajar hadis akan kuat hujjahnya. Barang siapa yang belajar nahwu maka dia akan dicari. Barang siapa yang belajar bahasa Arab akan lembut tabiatnya. Barang siapa yang belajar ilmu hitung akan banyak fikirannya. Barang siapa belajar fiqih akan tinggi kedudukannya. Barang siapa yang tidak mampu menahan dirinya maka tidak bermanfaat ilmunya dan inti dari itu semua adalah takwa.”

Terpenting, saat yang tepat untuk berbuat kebaikan, selain keimanan, ilmu, dan ketakwaan, tentunya sekarang saatnya. Saat kita masih diberikan waktu untuk hidup. Menunggu kapan lagi? Sementara kematian tak pernah mengabari kita dan akan datang tiba-tiba. [rahadi]



Selengkapnya...

Selasa, 06 Mei 2008

Remaja Islam Remaja Dakwah

Dakwah? Hmm.. kok kayaknya berat banget kedengarannya ya? Lho, emangnya kenapa? Sebagian teman remaja biasanya denger atau ngucapin kata dakwah terasa sangat berat. Telinga pekak en lidah kelu dan yang terbayang di benaknya pasti urusannya dengan jenggot, kopiah, baju koko, sarung, dan jilbab. Well. Nggak salah-salah amat sih. Cuma nggak lengkap penilaiannya.

Lagian juga terkesan adanya pemisahan antara dakwah dan kehidupan umum, gitu lho. Kesannya kalo dakwah adalah bagiannya mereka yang ada di kalangan pesantren atau anak-anak ngaji aja. Anak-anak nongkrong sih nggak tepat kalo berurusan dengan dakwah. Dakwah kesannya jadi tugas mereka yang hobinya dengerin lagu-lagu nasyid macam Demi Masa-nya Raihan. Bukan tugas anak-anak yang hobinya dengerin lagu-lagu pop macam Terima Kasih Cinta-nya Afgan. Halah, itu salah banget, Bro. Nggak gitu deh seharusnya. Sumpah.

Gini nih, sebenarnya urusan dakwah atau tugas dakwah jadi tanggung jawab bersama seluruh kaum muslimin. Cuma, karena tugas dakwah ini cukup berat dan nggak semua orang bisa tahan menunaikannya, jadinya dakwah secara tidak langsung diserahkan kepada mereka yang ngerti aja. Anggapan seperti ini insya Allah nggak salah. Cuma, kalo dengan alasan seperti ini lalu kaum muslimin yang belum ngerti atau masih awam tentang Islam jadi bebas untuk nggak berdakwah, atau nggak mau terjun dalam dakwah, itu tentu salah, Bro. Why? Karena tetap aja punya kewajiban untuk belajar. Tetap punya kewajiban mencari ilmu. Jadi, nggak bisa bebas juga kan? Malah kalo nekat nggak mau belajar dan nggak mencari ilmu, hal itu dinilai berdosa, man! Bener.

Baginda kita, Rasulullah Muhammad saw. bahkan menyatakan bahwa aktivitas belajar dan mencari ilmu adalah kewajiban bagi seluruh kaum muslimin dari buaian ibu hingga ke liang lahat. Kalo mencari ilmu itu adalah wajib, berarti bagi yang nggak mencari ilmu selama hidupnya, jelas berdosa dong. Allah Swt. bahkan menjamin orang-orang yang beriman dan berilmu akan diberikan derajat lebih tinggi dibanding orang yang nggak berilmu (apalagi nggak beriman). Firman Allah Swt.:

“…Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS al-Muj?dalah [58]: 11)

Bro, emang bener banget. Urusan dakwah ini sangat erat hubungannya dengan tingkat keilmuan. Dakwah itu jelas membutuhkan ilmu. Jadi, betul kalo dikatakan bahwa tugas berdakwah hanya diberikan kepada mereka yang udah menguasai ilmu agama. Tapi, buat kita yang belum menguasai ilmu agama secara mantap bukan berarti nggak ada kewajiban dakwah. Sebab, rasa-rasanya untuk ukuran sekarang nih, nggak mungkin banget ada kaum muslimin yang nggak ngerti sama sekali tentang Islam. Pasti deh, satu keterangan atau dua keterangan dalam ajaran agama Islam sudah pernah didengarnya dan menjadi pengetahuannya. So, sebenarnya tetap punya kewajiban nyampein dakwah meskipun cuma sedikit yang diketahui. Kalo pengen lebih banyak tahu tentang Islam, ya tentu saja kudu belajar lagi dan mencari ilmu lagi. Sederhana banget kan solusinya? Insya Allah kamu pasti bisa ngejalaninya, asal kamu mau. Yakin deh.

Mengapa dakwah itu wajib?

Jawabnya gini, sebab Islam adalah agama dakwah. Salah satu inti dari ajaran Islam memang perintah kepada umatnya untuk berdakwah, yakni mengajak manusia kepada jalan Allah (tauhid) dengan hikmah (hujjah atau argumen). Kepedulian terhadap dakwah jugalah yang menjadi trademark seorang mukmin. Artinya, orang mukmin yang cuek-bebek sama dakwah berarti bukan mukmin sejati. Bener, lho. Apa iya kamu tega kalo ada teman kamu yang berbuat maksiat kamu diemin aja? Nggak mungkin banget kan kalo ada temen yang sedang berada di bibir jurang dan hampir jatuh, nggak kamu tolongin. Iya nggak sih?

Boys and gals, bahkan Allah memuji aktivitas dakwah ini sebagai aktivitas yang mulia, lho. FirmanNya:

“Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang muslim” (QS Fushshilat [41]: 33)

Dalam ayat lain Allah memerintahkan kepada kaum muslimin untuk berdakwah. Seperti dalam firmanNya:

“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS an-Nahl [16]: 125)

Menyeru kepada yang ma’ruf (kebaikan) dan mencegah dari perbuatan munkar merupakan identitas seorang muslim. Itu sebabnya, Islam begitu dinamis. Buktinya, mampu mencapai hingga sepertiga dunia. Itu artinya, hampir seluruh penghuni daratan di dunia ini pernah hidup bersama Islam. Kamu tahu, ketika kita belajar ilmu bumi, disebutkan bahwa dunia ini terdiri dari sepertiga daratan dan dua pertiga lautan. Wah, hebat juga ya para pendahulu kita? Betul, sebab mereka memiliki semangat yang tinggi untuk menegakkan kalimat “tauhid” di bumi ini. Sesuai dengan seruan Allah (yang artinya): “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah.” (QS al-Baqarah [2]: 193)

Kini, di jaman yang udah jauh berubah ketimbang di “jaman onta”, arus informasi makin sulit dikontrol. Internet misalnya, telah mampu memberikan nuansa budaya baru. Kecepatan informasi yang disampaikannya ibarat pisau bermata dua. Bisa menguntungkan sekaligus merugikan. Celakanya, ternyata kita kudu ngurut dada lama-lama, bahwa kenyataan yang harus kita hadapi dan rasakan adalah lunturnya nilai-nilai ajaran Islam di kalangan kaum muslimin. Tentu ini akibat informasi rusak yang telah meracuni pikiran dan perasaan kita. Utamanya remaja muslim. Kita bisa saksikan dengan mata kepala sendiri, bahwa banyak teman remaja yang tergoda dengan beragam rayuan maut peradaban Barat seperti seks bebas, narkoba, dan beragam kriminalitas. Walhasil, amburadul deh!

Itu sebabnya, sekarang pun dakwah menjadi sarana sekaligus senjata untuk membendung arus budaya rusak yang akan menggerus kepribadian Islam kita. Kita lawan propaganda mereka dengan proganda kembali. Perang pemikiran dan perang kebudayaan ini hanya bisa dilawan dengan pemikiran dan budaya Islam. Yup, kita memang selalu “ditakdirkan” untuk melawan kebatilan dan kejahatan.

Sobat muda muslim, Islam membutuhkan tenaga, harta, dan bahkan nyawa kita untuk menegakkan agama Allah ini. Dengan aktivitas dakwah yang kita lakukan, maka kerusakan yang tengah berlangsung ini masih mungkin untuk dihentikan, bahkan kita mampu untuk membangun kembali kemuliaan ajaran Islam dan mengokohkannya. Tentu, semua ini bergantung kepada partisipasi kita dalam dakwah ini.

Coba, apa kamu nggak risih dengan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja? Apa kamu nggak merasa was-was dengan tingkat kriminalitas pelajar yang makin tinggi? Apa kamu nggak kesel ngeliat tingkah remaja yang hidupnya nggak dilandasi dengan ajaran Islam? Seharusnya masalah-masalah model beginilah yang menjadi perhatian kita siang dan malam. Beban yang seharusnya bisa mengambil jatah porsi makan kita, beban yang seharusnya menggerogoti waktu istirahat kita, dan beban yang senantiasa membuat pikiran dan perasaan kita nggak tenang kalo belum berbuat untuk menyadarkan kaum muslimin yang lalai.

Untuk ke arah sana, tentu membutuhkan kerjasama yang solid di antara kita. Sebab, kita menyadari bahwa kita bukanlah manusia super yang bisa melakukan aksi menumpas kejahatan hanya dengan seorang diri. Kalo kita ingin cepat membereskan berbagai persoalan tentu butuh kerjasama yang apik, solid dan fokus pada masalah. Pemikiran dan perasaan di antara kita kudu disatukan dengan ikatan akidah Islam yang lurus dan benar. Kita harus satu persepsi, bahwa Islam harus tegak di muka bumi ini. Kita harus memiliki cita-cita, bahwa Islam harus menjadi nomor satu di dunia untuk mengalahkan segala bentuk kekufuran. Itulah di antaranya kenapa kita wajib berdakwah, Bro. Semoga kamu paham.

Dakwah itu tanda cinta

Bro en Sis, seharusnya kita menyambut baik orang-orang yang mau meluangkan waktu dan mengorbankan tenaganya untuk dakwah menyampaikan kebenaran Islam. Sebab, melalui merekalah kita jadi banyak tahu tentang Islam. Kita secara tidak langsung diselamatkan oleh seruan mereka yang awalnya kita rasakan sebagai bentuk ?kecerewetan’ mereka yang berani ngatur-ngatur urusan orang lain. Padahal, justru itu tanda cinta dari sesama kaum muslimin yang nggak ingin melihat saudaranya menderita gara-gara nggak kenal Islam dan nggak taat sama syariatnya.

Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan keadaan suatu kaum atau masyarakat yang menjaga batasan hukum-hukum Allah (mencegah kemungkaran) adalah ibarat satu rombongan yang naik sebuah kapal. Lalu mereka membagi tempat duduknya masing-masing, ada yang di bagian atas dan sebagian di bagian bawah. Dan bila ada orang yang di bagian bawah akan mengambil air, maka ia harus melewati orang yang duduk di bagian atasnya. Sehingga orang yang di bawah tadi berkata: “Seandainya aku melubangi tempat duduk milikku sendiri (untuk mendapatkan air), tentu aku tidak mengganggu orang lain di atas.” Bila mereka (para penumpang lain) membiarkannya, tentu mereka semua akan binasa.” (HR Bukhari)

Sobat, dakwah adalah darah dan napas kehidupan Islam. Itu sebabnya, kita yang masih remaja pun dituntut untuk mampu tampil sebagai pengemban dakwah yang handal. Kita khawatir banget, seandainya di dunia ini nggak ada orang-orang yang menyerukan dakwah Islam, bagaimana masa depan kehidupan umat manusia nanti? Jangan sampe Islam dan umat ini hanya tinggal “kenangan”. Yuk, kita kaji Islam biar mantap dan semangat mendakwahkannya. [osolihin: sholihin@gmx.net]


Selengkapnya...