Kamis, 08 Mei 2008

I wana be a hero..!

November ceria…! Eh salah harusnya kan September. BTW, Bulan November adalah bulan yang sangat erat kaitannya dengan kepahlawanan. Karena (kalo nggak salah inget seh..) pada saat itu para arek-arek Suroboyo berhasil merobek bendera Belanda yang tepanya di Hotel Yamato. Bisa di bayangkan situasi heroik macam apa kala itu hingga seluruh bangsa kita memperingatinya sebagai hari pahlawan.

Sebagai anak sekolahan biasanya kalau nggak salah lagi ya. Kita memperingatinya dengan acara upacara gitu. Ngomong-ngomong nyadar nggak sih kalau kita terkadang bahkan sobat Muti sendiri hanya melalui hari-hari bersejarah ini tanpa arti. Artinya kagak mudeng apaan coba yang diperingati ini.
Untuk itu Muti mau ngajak sobat sekalian untuk “menjelajahi” sang Pahlawan. Ayuk?.. Yuuuk…..

Dari Zero to Hero

Dari hasil survey Muti. Meski kagak pake metode random atawa metode sindrom..ups! kebanyakan dari orang-orang itu menilai bahwa yang namanya pahlawan nih itu Seeorang yang berjasa bagi negeri ini. Hingga kita mengenal banyak sekali nama-nama pahlawan di negeri ini. Seperti ada namanya Pahlawan Kemerdekaan, Pahlawan Revolusi atau Pahlawan Nasional.

Atau diistilahkan lagi kalo yang namanya pahlawan ntuh harus punya jasa dan mengharumkan nama bangsa ini di bidangnya masing-masing. Yang aksi kepahlawanannya itu nggak hanya melulu di dominasi sama mereka-mereka yang telah mendahului kita alias sudah almarhum. Tapi juga ada aksi pahlawan laen yang nota bene masih eksis sampe sekarang.
Contohnya saja. Seperti Taufik hidayat noh aksi smashnya ke sana kemari yang nge bikin Indonesia harum di kancah Internasional bisa di bilang sebagai aksi Kepahlawanan. Atau yang masih hangat-hangat nih yee… Si Coklat sama Gitaris en pencipta Lagu Eross SO7 yang berhasil nyiptain lagu “Bendera” dan merilis dalam sebuah lagu yang top abis, baru-baru ini di beri penghargaan oleh pemerintah kita nih juga dianggap sebagai aksi kepahlawanan di bidang musik.

Kalau kamu rajin ngikutin berita nggak masalah yang kekinian atau Jadul (jaman doeloe). Kadang kita nggak habis pikir ya.. Adatuh orang yang awalnya bukan apa-apa tapi di lain masa doski disanjung-sanjung sebagai Pahlawan. Kita bisa lihat aja sosok pahlawan mana saja pasti berawal dari Nol (Zero) trus karena pencerahan pemikiran yang ada pada dirinya akhirnya dia bisa mentransfer energi nya ke sekitarnya atawa Jadi Hero beneran. Dan akhirnya menghebohkan dunia persilatan ( Kagak Nyambung..). Semuanya itu jadi mungkin terjadi karena untuk meraihnya kagak gratis Bo! Butuh yang namanya pengorbanan waktu, kucuran keringat, kuatnya mental, melayangnya harta, hilanganya sodara dan famili, dan hingga lenyapnya jiwa

Kita bisa Lihat pada Nabi kita tercinta Nabi Muhammad yang awalnya beliau bisa jadi nggak di liat walau hanya sebelah matapun oleh orang-orang di sekitarnya. Tapi sekalinya beliau mendapatkan gelar ke-Nabian beliau langsung aja bikin masyarakat sekitar kaget terkaget-kaget dengan apa yang dia bawa. Barangkali itu kali ye.. yang menginspirasi Tuan Thomas dalam mendefinisikan apa itu Pahlawan.

Selidik punya selidik Dalam buku Helden en heden vereering. (buku apaan sih?) itu tuh buku yang di tulis sama Tuan Thomas Carlyle seseorang yang meneliti masalah kepahlawanan. Beliau telah menuliskan jenis-jenis pahlawan. Menurut dia pahlawan itu…sebagai sumber segala perubahan. Pahlawan adalah manusia besar yang mengubah sejarah ummat manusia. Tentunya dari kondisi yang buruk menjadi kondisi yang baik. Kalo asal sambar aja dengan kata perubahan yang di maksud maka orang-orang pencetus ide perampokan lewat bius yang kemaren marak di sebut pahlawan dong (minimal dikalangan preman). Back to the topic, otomatis menurut theori ini Nabi Muhammad itu adalah sosok pahlawan dong! Karena secara fakta beliau telah mengubah wilayah Mekah yang Jahiliyah Gelap Gulita menjadi Wilayah yang Terang Benderang (Listrik Kalee) Di sinari dengan Hidayah Islam yang masuk kesana. Demikia juga dengan Karl Marx, yang mengubah masyarakat menjadi masyarakat bersosialis sama rasa, sama rata, dan juga Ernesto “Che” Guevara di Amerika Latin ( yang akhir-akhir ini tampangnya nampang di stiker-stiker itu tuh), Kemal Attaturk di Turki ( Nah yang ini nih !!) mengubah negara dari negara penuh cahaya Islam menjadi gelap gulita karena negara yang mencampakkan Islam.

Pahlawan, Juga Buat Kamu

Kamus besar Bahasa Indonesia menyebutkan bahwa pahlawan berarti orang yang menonjol karena keberaniannya dan pengorbanannya dalam membela kebenaran. Kepahlawanan adalah perbuatan yang menunjukkan sifat seorang pahlawan seperti keberanian, pengorbanan, kesetiaan dan lain-lain.

Dalam Islam, gelar kepahlawanan tidak cukup hanya mengacu pada definisi di atas. (oooo…ngerti ra Son!!) Kalo gitu trus gimana dong?. Secra bahasa nih yee.. usut punya usut kata “pahlawan” bermakna orang yang berpahala. Kata ini di ambil dari kata pahalawan yang untuk kemudahan penyebutan berubah menjadi pahlawan.Untuk urusan beginian kayaknya orang jawa ya yang ahli..(Nggak SARA kan?) Untuk menilai seseorang berdasarkan pahala yang ada pada dirinya, tentu sesuatu yang sulit terjangkau manusia. Sebab, yang menentukan dan memberikan pahala hanyalah Allah SWT semata. ALLah SWT telah memberikan kepada kita hidayah berupa Al Quran dan As-sunah yang kita gunakan sebagai petunjuk untuk menuju pada hakikat kepahlawanan itu sendiri.

Nah makanya buka mata dan baca serius. Ngomong-ngomong soal pahala sangat erat kaitannya amal apa aja tuh yang di terima oleh Allah. Oleh karenanya, harus juga dilengkapi dengan dua syarat, yaitu niat ikhlas karena Allah dan caranya seperti di contohkan Rasulllah SAW.

Ikhlas karena Allah berarti apa yang dilakukan oleh setiap musim itu semata-mata hanya ditujukan demi mendapat ridho Allah. Lain Tidak. Keberanian, pengorbanan, kesetiaannya tidak dipersembahkan untuk memperoleh tanda jasa, bonus materi, pujian atau pengakuan masyarakat. Seperti dalam hadits Rasul dari Abu Umamah :” Sesungguhnya Allah tidak akan menerima amal kecuali amal yang dilaksanakan dengan ikhlas dan dilakukan karena mengharap ridho Allah semata”. Apalagi diniatkan demi negara dan tanah airnya (Ashabiyyah) yang jelas-jelas bertentangan dengan aturan Islam. Karena Rasulullah bersabda dalam hadits arba’in.”Bukan dari golongan kami orang-orang yang mati membela ‘ashabiyah.” (HR Abu Dawud). Karena perjuangan demi ashabiyah (golongan) itu sama halnya memperjuangkan ikatan manusia yang berdasar atas kesukuan, golongan ataupun nasionalisme. Umat akhirnya terfokus untuk memikirkan negerinya saja tanpa memperhatikan urusan kaum muslimin di negeri lain.

Padahal Allah SWT menyerukan bahwa ikatan Aqidah-lah Islamlah yang bisa menyatukan umat manusia. Allah juga telah memerintahkan manusia untuk bersatu atas dasar tali agama Allah. Seperti dalam firmanNya “ Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai berai….”. (Ali Imran [3] :103). Sehingga perjuangan pun diarahkan untuk membela Islam dan memperjuangkan tegaknya syari’at Islam di muka bumi ini.
Sementara kalau kita udah Ikhlas nih yee ceritanya maka kita kudu inget bahwa mencontoh Rasulukllah itulah syarat yang berikutnya. Bisa nggak ngebayangin kalau kita ikhlas mengerjakan Sholat tapi kita hantam kromo aja sholat Shubuh yang sejatinya hanya dua roka’at trus dengan alasan ikhlas dan semangat pengorbanan maka dia berkata “ Berapapun rekaat akan ku berikan padaMu ya Allah “ ya.. yang begini nih yang keblinger. Padahal Kekasih kita Rasulullah Muhammad SAW bersabda “ Tinggalkan olehmu sekalian apa saja yang telah kutinggalkan. Sesungguhnya yang menyebabkan kebinasaan umat-umat sebelum kamu adalah karena banyaknya pertanyaan mereka dan mereka bertindak tidak sesuai dengan apa yang disampaikan oleh nabi-nabi mereka. Oleh karena itu, bila aku melarang sesuatu kepada kamu sekalian maka juhillah, dan bila aku memerintahkan sesuatu maka kerjakanlah sekuat tenga”.( HR. Bukhari dan Muslim)

Eits..! Nggak cukup hanya itu aja Say! Untuk sampai pada gelar seorang pahlawan Islam mensyaratkan pengorbanan atas segala sesuatu demi ketaatan kepada Allah, Rasul dan Jihad fi Sabilillah. Allah berfirman (yang artinya) : Katakanlah : “Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, istri-istri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai dari pada Allah Rasul-Nya dan Jihad di jalan-Nya maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusannya, Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang fasik (QS At Taubah[9] : 24)

Pengorbanan dalam konteks ketaatan nilah yang harus ada dalam jiwa kita, yang akhirnya bisa menghantarkan siapapun di antaraa kita untuk meraih predikat pahlawan sejati.

Buruan!!!

Eh.. Sobat Muti kalo urusannya dalam meraih pahala ini rasanya nggak ada alasan untuk menunda-nunda kalee. Karena kalo dipikir-pikir pesaing-pesaing kita tuh buanyak banget udah gitu godaan, halangan, dan tantangan ada aja yang menghadang di depan orang yang melakukan kebaikan. Sebaliknya betapa banyak pula dorongan dan kemudahan untuk melakukan kemaksiatan, Misalnya saja, orang mau mengaji, berjamaah sholat di masjid, apalagi berdakwah bukan main halangannya. Ada aja alasannya. Alasan ini lah, alasan itu, akhirnya kewajiban tertinggalkan. Sebaliknya bagi orang yang membunuh, senjata tajam dan senapan mudah dicari, ingin berzina wanita panggilan dimana-mana, hendak bergaul bebas pergaulan pun mendukung, mau meninggalkan hukum Islam ada saja legitimasi (pembenaran) atas nama hak asasi, mau menentang Allah juga di biarkan saja atas nama kebebasan berpendapat, mau menghina Nabi juga dibiarkan saja atas nama Lomba atau Kebebasan berekspresi. Tahu nggak Dalam situasi yang begini nih, Rasulullah SAW justru memerintahkan kita untuk segera berbuat kebaikan. Buruan. Serbu (bukan serba lima ribu…Loh). Jangan tunda-tunda. Seperti dalam hadits Nabi :”Bersegeralah kamu sekalian untuk melakukan amal-amal shalih, karena akan terjadi suatu bencana yang menyerupai malam yang gelap gulita dimana ada seorang pada waktu pagi beriman tapi pada waktu sore ia kafir; pada waktu sore ia beriman tetapi pada waktu pagi ia kafir; ia rela menukar agamanya dengan sedikit kentungan dunia” (HR. Muslim)





Tidak ada komentar: