Jumat, 08 Agustus 2008

PELAJARAN DARI RYAN...

Minggu-Minggu ini Sobat Muti pastinya ikut ngeri dan terkejut oleh hebohnya pembunuhan berantai dengan kurang lebih 11 korban (yang mungkin bisa nambah lagi) yang dilakukan Ryan. Apalagi tetangga Ryan, karena meski jarang bergaul dan bersifat tertutup, Ryan dikenal sebagai sosok alim yang juga sekaligus guru ngaji, jauh dari bayangan seorang pembunuh berdarah dingin.


Minggu-Minggu ini Sobat Muti pastinya ikut ngeri dan terkejut oleh hebohnya pembunuhan berantai dengan kurang lebih 11 korban (yang mungkin bisa nambah lagi) yang dilakukan Ryan. Apalagi tetangga Ryan, karena meski jarang bergaul dan bersifat tertutup, Ryan dikenal sebagai sosok alim yang juga sekaligus guru ngaji, jauh dari bayangan seorang pembunuh berdarah dingin.
Banyak yang langsung menduga bahwa Ryan adalah seorang psikopat, dari banyaknya korban yang ada. Tidak salah, tetapi belum tentu pula Ryan adalah seorang psikopat.
Trus gimana seh prilaku Psikopat itu?
Makanya Bro… pantengin teruss Mutinya... stay tune Yaa..!!

Psikopat...
Seorang psikopat biasanya membunuh tidak dengan motif langsung terhadap korban (artinya bisa juga karena iseng bahkan hobi... Waduh!!!). Ryan mengaku kepada polisi bahwa korban terakhir dibunuhnya karena perasaan cemburu. Seorang psikopat tidak membunuh berdasarkan cemburu, karena seorang psikopat hampir memiliki kekebalan emosi (emotional numbness) dimana ekspresi emosinya (marah, benci, cinta, sedih, takut, dsb) sangat berbeda dengan manusia normal. Emosi seorang psikopat terlihat oleh orang normal sebagai ‘lebih stabil’. Hal ini karena seorang psikopat tidak memiliki kemampuan untuk mengekspresikan emosinya sebesar layaknya orang normal. Itulah yang digambarkan oleh tetangga Ryan tentang dirinya, sosok yang tenang, alim, dan kalem. Seorang psikopat tidak membunuh karena cemburu kepada korban. Hal yang sama, seorang psikopat tidak membunuh karena ingin menguasai harta semata (seperti yang dituduhkan pada Ryan) seperti halnya perampokan biasa. Seorang psikopat bahkan ‘menikmati’ pembunuhan dengan suatu motif kompleks yang berasal dari pikirannya sendiri. Dia tidak merasa bersalah atau menyesal, yang diakibatkan oleh rusaknya sistem emosi dalam dirinya yang mengalami kekebalan emosi tadi.
Namun begitu ada kecurigaan bahwa kepribadian Ryan pecah (schizophrenia). Terbukti dari terbunuhnya korban lain karena mengetahui Ryan mengubur korban ketiganya. Jika dia psikophat mengapa dia memiliki rasa takut? Takut ketahuan misalnya. Memang Ryan punya ’rasa takut’ tetapi bukan takutnya normalnya orang. Jika orang normal, pasti akan menutupi rasa takutnya dengan menghentikan aksi pembunuhan itu. Tapi tidak dengan Ryan. Ada ketakutan lain, yakni Ryan takut citranya hancur, karena dia adalah figur yang telah dikenal orang (meski terbatas) sebagai figur guru ngaji, tenang, pendiam, alim. Ini adalah figur yang tampak di masyarakat. Bagi Ryan, figur ini adalah segalanya baginya, jati dirinya, karena demi itu dia berjuang mati-matian untuk mempertahankan image ini. Mengapa? Karena figur ini adalah figur yang diterima dan dihargai oleh masyarakat dan keluarganya, yang ironisnya menutupi figur lain yang terpendam yaitu seorang gay.
Berlatar belakang seorang muslim yang tinggal di Indonesia, terutama di wilayah Jombang (Kota Santri) tentu tidak mudah bagi remaja yang memiliki kecenderungan gay untuk bertanya kepada orangtuanya “Pak, Bu, saya kok lebih suka pada sesama lelaki, ya?”
Menurut sebagian orang norma masyarakat dan kaidah agama telah mempengaruhi Ryan untuk memproteksi dirinya dan tidak mengungkapkannya pada siapapun. Pada saat yang sama, mungkin Ryan berusaha mencari tahu sendiri apa dan bagaimana kelainan seksualnya. Ketika Ryan paham bahwa dirinya memiliki kecenderungan gay, disitulah konflik batinnya dimulai. Agama melarang hubungannya, dan Ryan merasa norma agama ‘menyalahkan’ dirinya (Apalagi bila tidak disertai pemahaman agama yang cukup), padahal dia tidak merasa bersalah karena dia tidak meminta dilahirkan sebagai seorang gay.. pikir Ryan. Demikian pula norma masyarakat sekitarnya yang memandang gay sebagai orang yang ‘aneh’ turut mendukungnya. Berangkat dari analisa tadi ada sebagian orang yang kemudian mengasumsikan bahwa bila Ryan seorang psikopat dan hipotesa ini benar bahwa psikopat dipicu oleh kondisi schizophrenia dimana kepribadiannya terpecah, Ryan adalah seorang yang mengidap kelainan jiwa akut. Dalam hukum, seseorang tidak bisa dihukum bila terbukti mengidap gangguan jiwa. Kejadian ini terjadi diluar rasionya. Itu artinya, Ryan juga tidak bisa dihukum mati, seperti yang banyak diduga orang. Ryan seharusnya ‘dihukum’ dengan dimasukkan ke rumah sakit jiwa sepanjang hidupnya. Tetapi banyak kasus hukum di dunia menanggapi psikopat yang ‘masih bisa diajak berdialog secara waras’ sebagai orang waras, dan tetap dijatuhi hukuman mati.
Wahh.. Sobat Muti..., kalo begini caranya bisa abis orang gila di RS Jiwa, oleh Ryan.
Tapi ternyata tidak semudah itu mendiagnosa seseorang mengidap gejala psikopat. Terdapat 20 gejala mayor dalam alat ukur PCL-R (PSYCHOPATHY CHECKLIST REVISED) Prov.Robert Hare, sedangkan Indonesia masih menggunakan Pd-MMPI (PSYCHOPATH DEVIATE-MINNESOTA MULTIPHASIC PERSONALITY INVENTORY) yg masih dimasukkan dalam ANTISOCIAL PERSONALITY DISORDER dalam PPDGJ 3 & DSM 4. (Makanan apa tuh...?)
Untuk kasus Ryan, ada yang berpendapat bahwa ini akibat dari sikap introvert terhadap masalahnya (suka sejenis) sehingga obsesif kompulsif saat ‘pasangan’ gay nya direbut ato ditinggalkan, kasus seperti ini hanya fenomena gunung es dari penyimpangan seksual pengidap homoseksual.

Truzzz.. Gimana Muti..
Tidak ada asap kalau tidak ada Api. Pasti segala sesuatunya ada akar permasalah yang cukup krusial sehingga persoalan turunannya begitu kronis. Dalam Kasus Ryan di atas kita bisa melihat bahwa begitu banyak motif yang dilekatkan pada Ryan, entah itu karena Harta, Cemburu, Orientasi seksualnya, atau bahkan schizophrenia (kepribadian ganda)... lebih tepatnya tanyakan sendiri ke Ryan (Wah... bunuh diri dong!!)
Tapi dalam hemat Muti.. secara kita ini muslim maka kudu make kacamatanya Islam. Wa bil khusus masalah Ryan ini. Si Jagal dari Jombang. Penyebab dari tumbuhnya feminitas seseorang tentu tidak lepas dari lingkungan tempat dia hidup. Tentunya kita masih inget kalo Ryan kecil telah memiliki kecenderungan kecewek-cewekkan, kepribadiannya yang gemulai dan kemayu membuat warga sekitarpun menjuluki dia sebagai Banci kampung. Dari sini saja kita melihat bahwa ada semacam pelabelan buruk kepada Ryan. Dan ini membuat Ryan semakin Bingung siapakah dirinya. Ironisnya, tampaknya keluarga Ryan tak terlalu mempedulikannya. Nyatanya, menurut Liputan6 SCTV, keluarga Ryan sudah kepalang sibuk mencukupi nafkah sehari hari ketimbang mengurusi anaknya yang mengalami persoalan identitas.
Terlebih lagi, masyarakat justru memberikan peluang ke-‘gemulaian’ Ryan tumbuh subur dengan menjadikan Ryan sebagai guru tari pada acara Agustusan. Tak pelak, kian menjadilah feminitas pada Ryan meliputi sanubarinya. Di daerah Muti-pun, bahkan tontonan banci kaleng yang ngamen di jalanan terkadang malah menghibur ato dianggap sah-sah saja. Hal ini merupakan bukti dari tumpulnya rasa pengawasan dari masyarakat.
Wal hasil, schizophrenia, adalah solusi gampang dari orang-orang yang terpinggirkan semacam Ryan untuk menjalani kehidupannya tanpa cemooh dari yang lain. Apalagi aturan di negeri kitapun nggak jelas dalam mengatur dan mengarahkan kaum Gay dan sebangsanya. Akhirnya mereka mencari jalan sendiri, meski harus melakukan bermacam cara.
Masih dengan sebab yang sama, yaitu diamnya pemerintah soal pengaturan kalangan Gay ini dan aturan-aturan lain... atau bahkan memberikan keluasan kepada masyarakat untuk memikirkan solusinya sendiri.. bukan mustahil akan memunculkan depresi massal. Diantaranya psikophat dan scizophrenia

Akhirnya..
Dunia ini begitu indah dengan warna-warninya ada merah, kuning, ijo (dilangit yang biru..). Meskipun kita tidak bisa menyukai semuanya, bahkan membenci salah satu warna, tetapi aneka warna menjadikan dunia ini ”penuh tantangan dan perlombaan”. Termasuk dalam melalui Ujian dari Allah, perlu tantangan dan cobaan.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah: 214)
Memang benar bahwa manusia diciptakan atas laki-laki dan perempuan. Namun penyimpangan tidak jarang terjadi, ada yang bersifat fisiologis karena pembentukan yang tidak sempurna, atau ada kelainan hormon ketika dalam kandungan sehingga memunculkan salah satunya organ kelamin yang tidak normal, misalnya pada kelainan yang disebut pseudohermaphrodite.
Pada kasus Ryan dan Cowok gemulai pada umumnya kelainannya adalah secara psikologis, salah satunya karena kesalahan proses learning (belajar) dalam proses pertumbuhan, misalnya pola asuh ataupun imitasi (peniruan) yang salah dan sebagainya. Secara Islam, ini kita pahami sebagai proses yang kemudian mendapat tunggangan syaithan untuk memanfaatkan kesempatan. Kesempatan untuk makin menjerumuskan seseorang untuk bangga pada ketidaknormalannya, khususnya Gay/Lesbian, banci dsb. Dan ini adalah salah satu wujud ujian dari-Nya. Ujian yang sekaligus menjadi sarana penghapus dosa, dengan syarat kita mampu melakukan penyelesaian masalah secara tepat sesuai perintah Allah.
Rasulullah SAW bersabda:
”Tidak ada yang menimpa seorang muslim dari kepenatan, sakit yang berkesinambungan, kebimbangan, kesedihan, penderitaan, kesusahan, sampai duri yang ia tertusuk karenanya, kecuali dengan itu Allah hapus dosa-dosanya” (HR Bukhari).
Tidakkah Kita yakin dengan hadits di atas? Kalau Kita diejek sebagai (ma’af) banci, tidak seharusnya kita melakukan pemutarbalikan dengan menjadi benar-benar banci. Laki-laki yang pemalu, feminin, gampang menangis, bukan berarti dia wanita. Setiap orang mempunyai kadar hormon maskulin dan feminin yang menjadikannya berpotensi mempunyai kedua sifat tersebut. Hanya kadar dalam diri setiap orang berbeda-beda. Jadikan kecenderungan sifat maskulin ataupun feminin ini sebagai sebuah tantangan bagi kita untuk menjadi laki-laki atau perempuan dengan keunikannya masing-masing. Setiap orang punya keunikannya sendiri. Bahkan sahabat Utsman bin ’Affan ra adalah seorang yang sangat pemalu. Sifat-sifat feminin tak seharusnya sebagai legitimasi/ pembenaran untuk berubah kepribadiannya menjadi jenis lain.
Pola asuh yang di berikan dari keluarga, saudara-saudara yang memperlakukan kita sebagai orang lain, adalah masa lalu kita. Kita tak perlu terlalu menyalahkan keadaan Muti yakin tidak ada Orangtua yang memberi baju wanita kepada anak lelakinya untuk mengubah kepribadiannya; demikian juga saudara-saudara perempuan Anda. Ini sebagai pengalaman hidup seseorang yang harus disikapi secara tepat. Andaikan pun ada orangtua semacam itu, maka kita harus berani mengingatkannya.
Masyarakat baik, penduduknya juga baek. Jika masyarakat dengan ketat mengawasi lingkungannya berdasarkan Islam, niscaya keburukan akan sirna. Kalaulah masyarakat kita cenderung atau memang cuek, maka kitalah yang mengingatkan dan mengupayakan agar awareness itu tumbuh di kalangan kita. Harapnnya, agar Islam kita juga dirasakan oleh mereka sebagai agama yang utuh, tidak setengah-setengah.
Sulit memang ujian dari Allah ini, tapi Allah menguji pasti sesuai kemampuan hambanya. Pun dalam masalah ini. Islam telah jelas melarang laki-laki menyerupai perempuan, Perempuan menyerupai laki-laki, Ibnu Abbas r.a berkata “Rasulullah SAW, melaknat wanita yang meniru laki-laki dan laki-laki yang meniru wanita.” (HR. Bukhari, Abu Dawud). Hukum terhadap banci atau perempuan yang menyerupai laki-laki sudah jelas yaitu diasingkan.Diriwayatkan oleh Abu Dawud bahwa Abu Hurairah berkata, “Didatangkan kepada Rasululullah SAW, seorang banci yang mewarnai kedua kakinya dengan pacar. Kemudian Rasulullah SAW, bertanya, “Mengapa orang ini?” Mereka menjawab, Ia meniru perempuan. Mendengar itu Rasulullah SAW, menyuruh mengasingkan ke baqi’. Ditanya, Ya Rasulullah SAW, tidakkah Anda membunuhnya? Nabi SAW. Menjawab, Aku dilarang membunuh orang-orang ynag salat”.
Sedangkan hukuman terhadap Gay/Lesbi (Liwath) pun juga jelas . Seperti Dalam hadits Rasul : ”Siapa saja yang kalian dapati melakukan apa yang dilakukan kaum Nabi Luth maka bunuhlah pelaku dan obyeknya.”
Terkait dengan psikophat atawa schizophrenia, pun juga jelas, ketika orang tadi sadar dan waras maka dia tergolong berakal. Sehingga terkena beban hukum dari Syaari’ (Allah).
Sobat Muti.., bagi kamu-kamu yang cenderung menyerupai lawan jenis, ingatlah, kesembuhanmu salah satunya ditentukan oleh kemauan kamu, tentu biidznillah/ dengan izin Allah. Bertaubatlah semoga Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang membuka pintu hidayah dan kemudahan untuk kehidupan kamu di masa yang akan datang. Lebih dari itu, semoga pintu surga akan terbuka lebar sebagai rumah abadi nanti di akherat. Amin. Inay




Tidak ada komentar: